0902055097
Awalnya Nakal, Kini Jadi Ustazah
Perempuan penghafal kitab suci. Beliau tak
hanya menyimpan ayat-ayat Al- Quran
dalam kepala, melainkan juga dalam hati. Beliau adalah seorang hafizah,
perempuan-perempuan penghafal Al- Quran.
Di kaltim para hafizah masih sangat jarang.
Nur Khairiah bersyukur memiliki orang tua
yang tegas mendidiknya. Sampai akhirnya perempuan yang berusia 23 tahun ini
menjadi penghafal Al- Quran.
(hafizah) dan ustazah di Pondok Pesantren (Ponpes) Harun Nafsi, Samarinda. “
Kenapa saya bisa hafal Al- Quran,
sebenarnya karena paksaan orang tua” katanya sambil tertawa. Kemudian ujar
perempuan yang sebelumnya tinggal di jalan Sultan Alimudin ini, mulai
menceritakan masa lalunya hingga menjadi seorang hafizah.
Khairiah mengaku saat dibangku SMP termasuk
anak yang nakal. Meski tak sampai mengkonsumsi narkoba, beliau mengaku suka
merokok bersama teman-teman sekolahnya. “ satu batang rokok dihisap bergantian
dengan teman-teman. Kalau sampai satu rokok sendirian enggak pernah” jelas
alumnus SMP 9 ini. Anak pertama dari tiga bersaudara ini pun membuat
orangtuanya resah. Orangtuanya kemuian memutuskan menitipkan hairiah di ponpes
Darul Lughoh Waddakwah ,Bangil,pasuruan, Jawa Timur setelah lulus SMP pada
2005. Beliau bersikeras tidak mau. Tetapi orangtuanya semakin keras memaksa.
Sebagai bentuk ketegasan, orangtuanya mengirimkan baju-bajunya ke ponpes
terlabih dahulu, sementara Khairiah masih di Samarinda dan terus dipaksa.
Khairiah pun akhirnya mau berangkat “menyusul” pakaiannya di ponpes itu. Saat
masuk ponpes, ia sama sekali belum bisa membaca Al- Quran. Bahkan Surah Al Fatihah saja ia tidak hafal. Saat di ponpes
inilah Khairiah mulai belajar mengaji. Karena di paksa, perempuan berkulit utih
ini menjadi tak betah tinggal di ponpes. Ia yang biasanya bebas pergi
kemanapun, menjadi merasa terkurung. Karena tak ada ongkos pulang, mau tak mau
Khairiah terus bertahan di ponpes itu. Ia harus mengikuti beragam kegiatan di
ponpes yang manajemennya sangatlah tegas, tak memperbolehkan santri keluar dari
ponpes dengan alasan yang tak jelas. “Hanya boleh keluar jika sudah menjadi
ustazah, menikah atau mondok ditempat lain” terangnya. Khairiah berahan hingga
3 tahun, namun hasratnya untuk keluar dari ponpes tetap saja muncul.
Suatu hari Khairiah dikirimi uang untuk
pulang ke Samarinda. Orangtuanya bermaksud ingin melepas kangen karna sudah 3
tahun tak berjimpa. Tapi bagi Khairiah ini kesempatan untuk keluar dari ponpes.
Sampai di Samarinda, khairiah menyampaikan pesan kepada orangtuanya bahwa ia
tak sekedar pulang tapi berhenti mondok. Sang orangtua pun sangat kaget.
Beberapa bulan bersama orangtuanya Khairiah tak melanjutkan pendidikan,juga tak
bekerja. Kemuian orangtuanya berkata “ Sudah kamu kamu masuk pondok pesantren
aja lagi, dari pada Cuma dirumah!”. Tak ada jalan lain, Khairiah pun mengikuti
saran orangtuanya tapi bukan di jawa melainkan ponpes di samarind agar bisa
tetap dekat dengan orangtuanya. Khairiah memilih pondok pesantren Harun Nafsi,
Samarinda Seberang.
Karena fokus kegiatan pesantren ini memang
megharuskan santrinya manghafal Al- Quran,
Khairiah pun mulai menghafal kitab suci ini. Waktu itu tahun 2008, Khairiah
masih berumur 19 tahun. Menghafal Al- Quran,
katanya seperti memiliki beban tersendiri. “Enggak ploong kalo belum khatam
belajar menghafal Al- Quran. Sudah
khatam juga harus terus mengulang agar tidak lupa”. Kini beliau telah hafal 30
juz. Tentang gelar hafidzah 30juz, ia tak mau disebut benar-benar hafal 30juz.
Karena, yang namanya benar-benar hafal 30juz itu tidak ada. “Kita hafal hari
ini, belum tentu besok masih ingat” tegasnya. Sekarang Khairiah menjadi ustazah
muda di ponpes Harun Nafsi. Di ponpes ini ia mendapat pasangan hidup yang
menjadi panutan sekaligus pembimbingnya yaitu M.Arsyad yang merupakan ustazd di
ponpes itu dan tinggal di sekitar lngkungan ponpes.
Menurut Khairiah, istiQomah merupakan kunci
dari perubahan hidupnya saat ini. “Saya enggak tau jadi apa kalau dulu nggak
dipaksa orang tua,” jelasnya. IstiQomah adalah menemuh jalan yang lurus dan
benar dengan tidak berpaling ke kiri
maupun ke kanan. istiQomah mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan kepada
Allah SWT lahir dan batin serta menjauhi larangan_Nya.
Sekian , Terima kasih.. ^_^
Arum Akminanti
0902055099
Perjuangan Hidup Sang Penyadap Karet Desa Jiwa Baru
Kecamatan Lubay Kabupaten Muara Etam
Pohon
karet merupakan salah satu kekayaan alam
yang terhampar luas di tanah air bagi sebagian masyarakat di Desa Jiwa Baru
Kecamatan Lubay Kabupaten Muara Etam Palembang. Pepohonan karet sudah seperti
curahan rejeki, baik untuk sang pemilik maupun sekedar buruhnya. Begitu pula
dengan Hamidi, pria berusia 42 tahun yang menggantungkan hidup keluarganya dari
pohon karet. Meski memiliki kebun karetnya sendiri kehidupan Hamidi tidaklah
seberuntung pemilik kebun karet lainnya.
Setiap hari Hamidi berjalan sejauh dua
kilometer untuk mencapai kebun karetnya
bersama sang anak bernama Junaidi, ia selalu berharap kebun karetnya
menghasilkan getah yang cukup untuk dijual. Kebun karetnya memang tidak luas
dan juga banyak ditumbuhi tanaman belukar yang menganggu pekerjaannya menyadap
getah karet. Pohon karet miliknya itu ditumbuhi oleh pepohonan yang tua pula
sehingga getah yang dihasilkan hanya sedikit saja.
Kondisi tubuhnya yang didera penyakit inilah
yang membuat Hamidi tidak dapat merawat kebun yang ia miliki. Penyakit kidapan
yang ia derita terasa semakin parah dan membuatnya sulit bergerak utamanya
ketika dalam kondisi yang sangat lelah. Pohon karet biasanya dapat menghasilkan
getah hingga pohon itu berusia 25 tahun, bahkan usia produktif itu bisa semakin
lama jika dirawat dengan baik. Hal tersebut disadari olehnya, namun kondisi
ekonomi yang mepet membuatnya tidak mampu membeli sekedar pupuk bagi penyubur
kebun karetnya.“Untuk membeli pupuk itu saya tidak mampu karena penghasilan
saya kurang jadi dibiarkan, Allah yang mengasih rejeki sebanyak apa yang
dikasihNya saya terima” ucap Hamidi.
Hanya
sebuah parang berukuran sedang yang dibutuhkan Hamidi untuk bekerja yang
digunakan untuk membuat dan membentuk wadah jatuhan getah dari bambu. Semakin
besar batang bambu yang ia gunakan maka akan semakin banyak pula getah yang ia
dapatkan. Namun, tentu ia harus berhati-hati karena bisa saja serat bambu yang
tajam melukai tangannya. Seharusnya untuk menghasilkan banyak getah karet
pohon-pohon harus diisi dengan wadah jatuhan. Namun, amat disayangkan sekali ia
tidak sanggup memasang wadah jatuhan setiap pohon yang ia miliki. Hal ini
dikarenakan tubuhnya tidak boleh terlalu lelah karena penyakit yang ia derita
dapat membuat tubuhnya gemetaran.
Sebelum wadah jatuhan dipasang, Hamidi harus
menyayat kulit pohon karet, ia juga harus jeli mencari pohon karet yang masih
produktif karena pohon karet miliknya rata-rata sudah berusia tua. Setelah
semua wadah jatuhan terpasang, Hamidi hanya bisa berharap banyak getah yang
mengucur dari pohonnya. Dalam hal menyadap karet, kondisi cuaca turut pula
mempengaruhi hasil sadapan karet. Hujan merupakan musuh terbesar baginya, jika
hujan datang getah karet akan tumpah pada jalur sayatan yang sudah dibuat.
Hujan juga bisa merusak zat-zat karet
sehingga tidak dapat digunakan. Biasanya Hamidi bisa mengumpulkan 20 kilogram
dalam dua minggu, namun hal ini jarang terjadi
karena banyak pohon karetnya yang tak lagi produktif. “Kalau keseluruhan
dua minggu itu, itu dua puluh kilogram karena getah ini pasang surut
istilahnya, kadang kering kadang banyak isinya apalagi musim kemarau ini kurang
getahnya, kalau musim penghujan nyampai dua puluh” kata bapak dengan tiga orang
anak ini.
Tidak hanya cuaca saja yang menjadi hambatan,
binatang buas pun kerap menjadi ancaman saat Hamidi sedang bekerja. Di kebun
tak terawat itu, selain ular babi hutan pun sering ditemui Hamidi. Binatang
Bergigi tajam ini bisa saja sewaktu-waktu menyerang dirinya. “Ya mana bisa
takut, pasrah saja sama yang kuasa apa boleh buat kalau misalnya digigit saya
pasrah kan sajalah” ucap Hamidi penuh dengan kepasrahan.
Sebagai petani karet yang modalnya pas-pasan
seringkali benaknya dipenuhi tanya bagaimana kelak nasib istri dan anaknya bila
kebun ini tidak lagi menghasilkan getah. Hasil getah karet yang ia kumpulkan hanya
sepuluh kilogram saja itupun dalam kondisi yang kotor. Kebersihan karet
sangatlah penting karena harga karet akan jatuh apabila telah kotor oleh tanah.
Hamidi hanya dapat menaruh harapan kepada
para pengepul untuk membeli getah karetnya sebagai hasil kerja keras dalam
menyadap pepohonan karet miliknya tersebut.
Sayang, karena kondisi getahnya yang telah kotor banyak pengepul yang
menolak balamnya. Hal seperti ini bukanlah sekali dua kali terjadi, seringkali
bahkan ia tidak ada uang sedikitpun untuk memberi makan istri dan ketiga
anaknya. Beruntung terkadang ada juga
yang bersedia menerima balam kotor miliknya namun terjual hanya seharga
sepuluh ribu per kilogram. Keadaan ini tentu berbeda ketika balam yang ada dalam
kondisi yang bersih. Balam yang bersih dapat terjual seharga tujuh belas ribu
per kilogramnya.
Meski terjual murah paling tidak Hamidi
mendapatkan sedikit uang untuk menghidupi keluarganya selama dua minggu ke
depan. Seringkali uang perolehannya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Namun,
Hamidi tidak mau bergantung dari getah karet saja karena ia tahu penghasilan
dari menyadap karet tidaklah bersifat tetap. Seringkali ia terpaksa pergi
memancing untuk sekedar mencari lauk tambahan jika ikan yang diperoleh banyak
ia akan menjualnya.“Mancing itu sebenarnya kadang-kadang untuk dijual kadang
itu dapat satu kilo setengah kilo dijual sama orang-orang paling dapat dua ribu
lima ratus”ujar penyadap karet asal Palembang ini.
Penghasilan Hamidi dari menyadap getah karet
memang tak banyak, harga karet yang sedang melambungpun seakan tak ada artinya
lantaran jumlah getah yang ia kumpulkan seringkali tak banyak akibat pohon
miliknya sudah tua dan tidak produktif. Untuk menghemat pengeluaran ia selalu
menunggu bekal dari sang istri. Masakan dari rumah inilah yang akan mengganjal
perut laparnya terlebih saat menjalankan puasa seharian, seringkali karena
bekerja hingga senja datang, Hamidi menyantap bekal buatan sang istri tercinta
saat maghrib tiba.
Menyadap karet bukan pekerjaan yang ringan
bagi wanita, Juariah sang istri seringkali menggantikan Hamidi menyadap karet
karena paham dengan kondisi sang suami yang sering sakit-sakitan bila terlalu
lelah, karena ia khawatir Hamidi yang sering sakit-sakitan bila terlalu lelah,
penyakit yang didera suaminya tersebut akan kambuh lagi.
Penyakit gemetaran yang diidap Hamidi ini ia
derita sejak kecil entah sebab apa setiap kali badannya terlalu lelah bekerja
berat ia akan gemetaran dan lemas.“Ya saya suka sekali kalau membantu kalau
tidak dibantu ya bapak itu sering sakit-sakitan, ya kalau orang sakit kan
pekerjaan tidak bisa selesai” ujar istri penyadap karet di Desa Jiwa Baru ini.
Rumah panggung sederhana milik Hamidi ini
hanya mengandalkan sinar matahari sebagai penerangan saat pagi hingga petang
hari. Sinar mentari tersebut sangatlah berharga bagi Junaidi karena di rumahnya
tak ada penerangan listrik yang cukup, bahkan seringkali ia mengerjakan tugas
sekolahnya di kebun karet bersama sang ayah.
Keadaan sulit yang dihadapi sang ayah seakan
dipahami oleh Junaidi. Seringkali ia ingin membantu orangtuanya menyadap karet,
namun karena masih berusia sepuluh tahun ia hanya bisa menemani ayahnya
bekerja. Junaidi tau ia punya tugas penting ddalam keluarganya yakni belajar.
Junaidi termasuk anak berprestasi di sekolah ia selalu mendapatkan peringkat
sepuluh besar di kelasnya.
Hidup serba susah yang dialami saat ini tak
membuat bocah kecil ini tertekan, ia ingin mencapai cita-citanya yang tinggi.
“Jun ingin sekolah yang tinggi, Jun kalau besar mau menjadi doktter biar
duitnya banyak, Jun enggak susah lagi kaya sekarang” ujar Junaidi. Di rumah
panggung khas Palembang inilah Hamidi tinggal bersama istri dan ketiga anaknya.
Rumah yang sudah mulai rapuh ini didiami selain oleh
Hamidi beserta istri dan ketiga anaknya juga menampung Ibunda dari Hamidi yang
bernama Zoimah, wanita berusia tujuh puluh empat tahun yang juga terkadang
jatuh sakit. “Pernah bapak sakit mau berobat tidak ada uang, mertua sakit mau
berobat tidak ada uang, mau beli beras tidak ada uang, mau cari sana sini
enggak dapat pinjaman” ungkap istri Hamidi.
Setitik harapan keluarga ini semoga si sulung Junaidi bisa menjalankan
hidupnya dengan lebih baik agar suatu hari nanti bisa mewujudkan cita-citanya
dengan segala kondisi yang terbatas.
Rapika Wulandari
0902055100
Berjuang Demi Keluarga dan Sesuap Nasi
Mungkin
sebagian dari kita tidak menyadari kerasnya kehidupan di jalanan sebagai
penjual Koran di lampu merah , yang memulai harinya saat pagi hingga malam hari
sebagai anak jalanan penjual Koran.
Adalah
Yusuf ( 8 tahun ) dan habibi ( 15 tahun ). Mereka bukannya kawan satu sekolah ,
namun keduanya ini adalah penjaja Koran yang selalu mangkal di simpang empat
lembuswana kota samarinda.
Keduanya
tampak lusuh , pakaian yang mereka kenakan pun terlihat seadanya. Seperti Yusuf
yang pada hari itu hanya mengenakan kaos oblong yang robek di sekitar pundaknya
, celana yang sudah tidak jelas warnanya juga dengan sepasang sandal jepit dan
terkadang bahkan tidak mengenakan alas kaki. Keringat bercampur debu – debu
jalanan yang menempel membuat wajahnya tampak semakin hitam kecoklatan seperti
gambaran keprihatinan dan penderitaan hidupnya.
Kondisi
ini tak jauh berbeda dengan rekan se profesinya habibi , dia juga tak kalah
lusuhnya dengan beberapa eksemplar Koran harian pagi di tangan mereka.
Orang
tua mereka hanyalah pencari kardus di daerah pergudangan sungai kunjang. Jelas
tidak mencukupi kebutuhan mereka untuk bersekolah.
Harapan
sekolah memang tak pantas pudar , namun kerasnya kehidupan dan kerasnya tembok
kemiskinan kembali menjadi penghalang cita – cita mereka.
Andai
saja pemerinrag mau member sedikit kekayaan mereka untuk anak – anak jalanan
ini mereka pasti sangat bahagia. Persoalan bukan hanya pada kemiskinan tetapi
pada kepedulian pemerintah tentang hak – hak anak Indonesia , calon penerus
bangsa.
Fitri Yaningtyas
0902055102
Supatmi Pedagang
Nasi Kuning Berjuang Pantang Menyerah dan Tak Mengenal Lelah Demi
Mewujudkan Cita-Cita Tingginya
Sosok
seorang ibu berusia 50 tahun ini mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik
kedua anaknya. Kehidupan yang pas-pas’an serba berkecukupan tidak membuat
perempuan paruh baya yang berprofesi sebagai penjual “Nasi kuning” ini lupa
akan pentingnya sebuah pendidikan. Supatmi, begitu sapaan dari para tetangga
dan pelanggannya. Walau hanya tamat Sekolah Dasar (SD) tak menutup pikirannya
untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari
dirinya.
Dengan
keinginan dan usaha yang keras demi melihat anak-anaknya tumbuh dan mendapatkan
pendidikan yang layak agar dapat menunjang pekerjaannya kelak adalah harapan
besar Supatmi untuk mewujudkan cita-cita mulianya.
Sedikit
demi sedikit uang yang diperoleh dari berdagang nasi kuning tersebut
dikumpulkannya. Dari uang itulah Supatmi dapat membiayai sekolah kedua anaknya
hingga ke Perguruan Tinggi ternama di Samarinda. Kesadaran akan pentingnya
sebuah pendidikan membuat Supatmi banting tulang tanpa mengenal lelah untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan kedua anaknya.
Dengan
berperan ganda menjadi seorang ibu serta kepala keluarga memang dirasakan
sangat berat bagi Supatmi karena harus memenuhi kebutuhan keluarga seorang diri
tanpa hadirnya seorang suami. Sejak 2 tahun lalu Supatmi harus banting tulang
seorang diri sebab suaminya telah meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
Namun, Supatmi perempuan yang lahir di Blitar tersebut tidak patah semangat,
banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan kerasnya untuk terus
menyekolahkan kedua putra putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kesulitan
yang dialami Supatmi harus ia tanggung seorang diri, biaya perkuliahan yang
saat ini semakin tinggi membuat Supatmi sesekali hutang ke tetangga atau
kerabat lainnya untuk membayar biaya kuliah kedua anaknya.
Sebuah
perjuangan besar yang terbayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang
telah berhasil menyandang gelar Sarjana (Strata 1) pada Tahun 2008. Harapan dan
juga cita-cita Supatmi belum berakhir karena ia harus berjuang untuk membiayai
perkulihan anak keduanya yang masih kuliah semester VI di Fakultas Ekonomi
Universitas Mulawarman.
Kesuksesan
dari sebuah perjuangan besar tanpa mengenal lelah, yang hanya berjualan “Nasi
Kuning” mampu mewujudkan cita –cita mulia seorang Ibu.
Siti Juleha
0902055109
Semangat dan Mimpi Si Loper Koran
Seperti
biasanya tepat pukul 04.00 pagi, ia terbangun untuk menantang dan melawan keras
kehidupan untuk mencapai semua mimpinya. Sendi, lelaki kecil kelahiran Cirebon,
Jawa Barat yang merantau ke Jakarta. Usianya kisaran 14 tahun, menjalani
profesi sebagai loper koran.
Setiap
pagi selalu dengan tergesa-gesa ia mandi dan menunaikan shalat subuh, setelah
selesai ia mengambil sepeda using kesayangannya sebagai transportasi untuk
mengantarkan Koran ke setiap rumah pelanggan. Sendi mengayuh sepeda menuju
agent surat kabar. Setibanya di agent surat kabar, ia mengambil jatah korannya
di pojokan tembok yang sudah disiapkan oleh bos dari agent koran tersebut.
Sendi
menyusun rapi koran-korannya, sehingga hamper menutupi seluruh bagian sepedanya
hingga tak terlihat begitu banyak berita hangat yang dibawanya. Sendi
mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi, ia mulai mendatangi satu demi satu
pintu pelanggannya dan melempar surat kabar sesuai pesanan pelanggan.
Biasanya
setiap tanggal 1 awal bulan, Sendi menagih uang Koran ke setiap langganannya,
begitulah cara ia mengais rezeki dan membiayai pendidikannya. Setiap jam 07.15
ia mengakhiri tugasnya sebagai loper koran dan ia bergegas mengganti pakaiannya
dengan pakaian seragam sekolah. Setibanya di sekolah ia bergegas masuk kelas
dan mengikuti proses belajar mengajar di sekolahnya.
Sendi
tercatat sebagai pelajar SLTP Negeri 1 Kosambi, Tangerang. Ia adalah salah satu
pelajar yang cerdas, aktif, cekatan, terampil, kritis dan berprestasi. Banyak
penghargaan yang ia dapat. Dalam benaknya, Sendi terus bermimpi merekonstruksi
hidup menjadi jantung, pondasi, sekaligus pilar penopang dan berdaya guna untuk
Negara dan Bangsa, serta menjadi salah satu dari 10 pemuda yang membara
cintanya kepada tanah air, permintaan dari sebuah petikan puisi Alm. Pak
Soekarno, mantan presiden RI yang menjadi inspirasi dan memotivasi hidupnya.
Sungguh
luar biasa semangat dan mimpi Sendi, loper koran sekaligus pelajar. Inilah
salah satu potret anak bangsa yang dimiliki Negara Indonesia. Semoga di massa
depan mimpinya akan terwujud. Amin.
Abdul Majid
0902055110
Penjual Kue Yang Perkasa
Terdengar
suara nyaring dari arah utara kompleks perumahan Gang Beringin. “Kue... kue...
k ue... “ begitu terdengar suara teriakkan Bibi Lis, begitu biasa ia dipanggil,
hampir setiap pagi. Tangannya yang sedikit berkerut menyangga tampah di atas
kepalanya agar tidak terjatuh.
Dengan
ramah ia melayani para pembelinya, meskipun peluh keringat mengalir deras
membasahi wajahnya. Ia menjalani pekerjaan tersebut demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, ketiga anaknya beserta seorang ayah kandungnya, demikian diungkapkan
oleh perempuan kelahiran Bandar Lampung, 2 Oktober 1973 ini dengan wajah
berseri.
Meskipun
menjadi tulang punggung keluarga, namun ia tidak pernah mengabaikan
kewajibannya sebagai ibu untuk merawat ketiga buah hatinya. Ia selalu
menyiapkan sarapan pagi sebelum anaknya berangkat menuntut ilmu. Setiap pagi ia
harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan barang dagangannya. Ia juga tetap
meluangkan waktunya untuk mendidik anaknya, meskipun mereka sudah beranjak
dewasa. “Suami saya, telah perghi meninggalkan kami beberapa tahun lalu”,
katanya dengan mata memerah menahan tangis.
Ibu
penjajal kue ini tidak memiliki keahlian khusus dalam hidupnyam ia hanya
bersekolah hingga pendidikan dasar yaitu SD. Pendidikan yang ia tempuh itupun
tidak hingga selesai ia jalankan. Untuk itu, ia hanya mengandalkan
penghasilannya dari menjual kue tanpa ada pekerjaan sampingan yang ia lakukan,
Meskipun keuntungannya tidak terlalu banyak hanya sekitar Rp 25.000,- per hari.
Itupun tergantung banyaknya kue yang berhasil ia jajakan. Terkadang, keuntungan
yang ia raih kurang dari Rp 25.000,-. Keuntungan tersebut digunakan untuk
membiayai ketiga anaknya yang bersekolah, dua putri tercintanya masih menduduki
bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan satu putranya yang masih duduk di
bangku Sekolah Dasar (SD).
“Ingin
putra dan putri saya dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi, yaitu
SMA atau bahkan saya berharap agar kehidupan buah hati saya lebih baik dari
kehidupan yang saya miliki” kata Ibu yang bertempat tinggal di Jalan Pangeran
Antasari, Samarinda itu. Sepenggal
harapan tulus tersebut merupakan mimpi terindah bagi Ibu penjual kue yang
menggunakan kerudung itu. Meskipun kehidupannya berat, namun ia tetap
bersemangat demi putra-putri tercintanya.
Ia pun selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
karena walaupun hasil jualannya tidak mendapatkan keuntungan yang berlebih
tetapi ia bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya-biaya sekolah anaknya.
Empat
tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Bibi Lis untuk berjualan kue keliling.
Karena sejak tahu 2006 hingga saat ini Ibu yang memiliki tiga anak itu masih tetap menjalankan profesi
kesehariannya. Kini harapannya hanya bergantung pada ketiga anaknya, untuk
dapat mengubah kehidupan keluarga Ibu Lis agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Meskipun untuk saat ini ketiga anaknya masih belum bisa melakukan harapan
Ibunya tersebut. Semoga apa yang diharapkan oleh Ibu Lis dapat tercapai.
M. Rizqi
0902055114
Es Dawet Harapan Hidup
Berjuang hingga darah penghabisan,
mungkin kata-kata itu cocok untuk Munaji
yang berjualan es dawet keliling
demi menghidupi anak dan istrinya. Munaji (43),
bapak dari 3
anak ini salah satu penjual
es dawet di sekitar
jalan
M.Yamin. Munaji berasal dari Jepara. Dia memilih berjualan di Samarinda karena menurutnya di Samarinda keuntungan yang dia dapatkan lebih banyak
sehingga cukup untuk menghidupi 3
anaknya yang saat ini masih sekolah SD
dan SMP. Awalnya, Munaji bingung mencari bidang
usaha yang ia tekuni. Pilihannya pun jatuh pada es dawet, karena saat itu ia
menerima ajakan temannya yang sudah lebih lama menggeluti di bidang tersebut. Walaupun
penghasilan yang ia dapatkan dari menjual es dawet tidak terlalu banyak ia yakin dapat
menghidupi anak dan istrinya yang menanti. Munaji mulai bekerja sejak pukul 09.00 s/d sore pukul 18.00 ia
memperoleh penghasilan sebanyak Rp. 250.000,- akan tetapi kadang ia berjualan
sampai malam, penghasilan yang ia dapatkan bila berjualan sampai malam bisa
mencapai Rp. 450.000,-. Munaji harus pintar-pintar membagi penghasilan, saat
ditanya apakah uang segitu cukup pak? ya besar pasak dari pada tiang katanya
sambil membasuh mukanyanya yang kusam” Dia juga mengatakan bahwa ia harus
pintar-pintar membagi uang karena ia harus menanggung uang makannya
sehari-hari, terus biaya untuk kos yang harus ia bayarkan sebanyak Rp. 350.000,-
per bulan, belum untuk pulang ke kampung halaman dan memberi nafkah kepada anak
istrinya. Sukiman juga salah satu teman yang juga berjualan es dawet, menurutnya Munaji orangnya baik dan ringan tangan terhadap sesama.
Dia mengaku bahwa hubungan mereka sesama penjual es dawet sangat terjaga “ Ya sama-sama rekan kerja
kalau ada apa-apa ya di bantu,
ujar Sukiman
dengan senyum simpulnya. Munaji
mengaku sangat senang berjualan di wilayah
M.Yamin,
selain pembelinya yang banyak, orangnya
juga ramah-ramah, dia juga menemukan pengalaman yang
berwarna-warni dan walaupun tidak di kampungnya sendiri ia dapat bermasyarakat
dengan baik, sehingga ia tetap semangat mencari nafkah demi menghidupi anak
istrinya
Budi Setiawan
0902055120
PAHLAWAN KEBERSIHAN YANG DIABAIKAN
Tulisan ini
bercerita tentang kehidupan petugas kebersihan jalan raya yang sering bertaruh
keselamatan demi menjalankan tugas mereka sebagai pembersih jalan.,
Matahari pun belum
muncul ketika ibu tina seorang petugas kebersihan yang sehari – harinya bekerja
untuk menyapu jalan – jalan raya yang ada di kota samarinda, dengan membawa
sapu lidi panjang dan sekop serta perlengkapan seperti masker untuk melindungi
dia dari debu serta topi bundar yang terbuat dari anyaman untuk melindunginya
dari panas terik matahari. Ibu tina beserta rekan – rekan sesame profesinya
berangkat kerja dengan menumpang truk dinas kebersihan yang sudah disiapkan
untuk mengantar mereka ke lokasi kerja mereka, mereka di sebar di berbagai
jalan yang ada di kota samarinda,
Masing – masing petugas penyapu
jalan mempunyai tugas untuk membersihkan jalan dari sampah dan pasir yang ada
di jalan raya, terkadang berbagai resiko dan perlakuan buruk para pengguna
jalan pun mereka terima, banyak pengguna jalan yang berkendara secara
sembarangan dan menabrak petugas kebersihan ini, ada juga yang menganggap
pekerjaan mereka ini mengganggu Karena mengakibatkan debu beterbangan di jalan
raya , seharusnya sikap – sikap seperti itu tidak perlu dilakukan karena tanpa
mereka apa jadinya jalan – jalan yang ada di samarinda dan seharusnya
pemerintah juga lebih memperhatikan kesejahteraan mereka Karen bisa dikatakan
mereka lah pahlawan kebersihan di kota ini.
Fuad Abbas Saleh P
0902055122
Rahmad
K. Satpam yang tegas, namuntak beringas
Menjadi
satpam mungkin tak perah terlintas sedikitpun dalam diri Rahmad ketika masa
kecilnya dulu “Saya dulu tak mempunyai banyak harapan, bahkan berfikir untuk
menjadi satpam” ujar pria lajang yang ditemui disela-sela kesibukannya
memeriksa kendaraan yang hendak keluar area parkir.
Dibalik
tubuh kekar dan pentungan yang selalu akrab terlihat melekat
pada dirinya, ternyata satpam yang lahir di Kasihan Bantul ini mempunyai
didikasih yang kuat dalam pekerjaannya.
“Mengabdi untuk Muhamadiyah
adalah gairah tersendiri” tegas pria yang lahir 31 yang silam itu. Sebelum
bekerja menjadi satpam Rahmad begitu akrab panggilannya sempat mencicipi
berbagai pekerjaan. Setelah lulus dari SLTA dia sempat bekerja menjadi teknisi
disebuah perusahaan yang bergerak di Perindustrian, namun tak lama Rahmad
keluar dan memilih masuk di Perusahan jasa pengiriman, pekerjaan itu pun masih
belum cocok dengan dirinya. Akhirnya ajakan temannya membawa Rahmad mengikuti
pelatihan satpam di Mako Brimob Polda DIY.
Setelah lulus dari diklat
satpam tak lantas pekerjaan datang begitu saja. Rahmad mengirim 20 surat
lamaran pekerjaan ke berbagai instansi atau perusahan, dan hanya satu
panggilan. Setelah diterima dan berkerja sebagai satpam di UMY selama 3 tahun.
Akhirnya Rammad mengundurkan diri karena faktor kenyamanan.
Bulan Desember 2009 Rahmad
melamar pekerjaan di UAD, setelah melalui tahap seleksi akhirnya Rahmad
diterima menjadi satpam kontrak di UAD. Walaupun begitu Rahmad mengaku nyaman
bekerja di UAD “lingkungan yang kondusif dan bias berkumpul dengan orang-orang
berintelektual tinggi bisa mempengarui diri saya” tandasnya ketika dimintai
alasan kenapa betah bekerja di UAD.
Pria yang gemar merawat
burung merpati latih itu mempunyai perjalanan terjal semenjak masih kecil,
kehidupan yang serbah apa adanya membuat Rahmad harus bisa pandai-pandai
membiayai sekolahnya, “Sudah lulus SMA saja sudah Almahdulillah” ujarnya.
Rahmad dilahirkan dari keluarga biasa mempunyai 6 saudara, bahkan untuk
mencukupi biaya sekolahnya Rahmad harus menggembala dua ekor kambing setiap
pulang sekolah. Saat itulah Rahmad benar-benar merasa kehidupan yang sangat
berat dan sulit, namun berkat keinginannya yang keras untuk bisa selesai SMA
akhirnya menghantarkan dirinya seperti sekarang menjadi satpam di perguruan
tinggi Muhamadiyah “Setidaknya bisa terpengarus kalo kumpul dengan orang-orang
pintar” tandasnya.
Masa sulit yang dialami
oleh Rahmad menjadi cermin keterbatasan bukan menjadi penghalang, justru akan
menjadi pelecut semangat untuk meraih apa yang diinginkan atau apa yang
dicita-citakan. Pemuda yang lahir Juni 1980 juga aktif diorganisasi pemuda
Muhamadiyah di kecamatan, ketertarika Rahmad terhadap organisasi juga sudah
dilatih ketika masa sekolahnya. Menjadi pemuda karang taruna adalah
kesibuakannya dia dulu.
Buah dari kerja kerasnya
akhirnya dibayar mahal awal bulan Desember 2009 Rahmad mengawali
pekerjaannya dan mengapdi di kampus II UAD “yang penting nyaman soal gaji itu
belakangan” ujarnya sambil sedikitik tertawa kecil. Dalam bekerja Rahmad mengutamakan
kenyamanan, seperti yang sudah-sudah dalam bekerja Rahmad selalu tidak betah
dan akhirnya keluar jika tidak nyaman dalam suatu pekerjaan “Alhamdulillah saya
betah disini, harapannya saya juga akan diangkat menjadi satpam tetap disini”
tegasnya.
Disinggung soal gaji Rahmad
mengatakan “Cukup dan tidak cukup itu bagaimana kita menyikapi” upah yang
dibawah UMR memang lagi-lagi membawa dapat perekonomian menengah kebawah
menjadi musuh nyata. Namun itu disikapi oleh Rahmad dengan suka rela, dan
kembali pada niat awal. Pemuda yang belum menikah ini mempunyai cita-cita yang
sangat luhur yakni ingin mengabdi untuk Muhamadiyah. Hal itu terlihat jelas
dari mulai kecil Rahmad begitu panggilannya sudah kental dengan organisasi
Muhamadiyah.
Harapan besar untuk meraih
kesejahteraan hidup Rahmad muncul ketika berita yang diterima oleh Rahmad bahwa
dia akan diangkat menjadi satpam tetap di UAD. Berita gembira ini semakin
memotifasinya untuk semakin semangat dalam pekerjaannya mengamankan kampus UAD
dan menertibkan orang-orang yang tak patuh terhadap peraturan.
“Rezeki patih, dan jodoh
ditentukan Allah” ujarnya. Dalam menyikapi gaji yang pas-pasan bahkan kurang
dari cukup untuk kebutuhan dizaman sekarang, mau tak mau Rahmad harus
mengaturnya, apalagi orang tuanya sudah menuntut Rahmad untuk segera menikah.
Pastinya butuh biaya besar untuk hal sepertu itu. “Umur saya sudah cukup untuk
menikah, namun segalanya perlu saya persiapkan benar” ujarnya.
Pria yang mempunyai pedoman
agama kuat ini mengaku bahwa dirinya masih punya cita-cita yang lebih dari
sekedar satpam, namun pekerjaan yang sudah digelutinya sekarang sangat
disyukuri benar-benar olehnya. “Manusia tidak akan merasa puas dengan apa yang
didapat, setalah dapat yang satu mungkin akan menginginkan yang lain, begitu
seterusnya” tegasnya. Banyak hal yang didapatkan oleh Rahmad selama bertugas di
UAD, suka dan duka dialami olehnya, mulai dari orang-orang yang melanggar
peraturan, dan terkadang dapat celaan dari orang yang ditegurnya.
Tak jarang juga Rahmad
menemui orang yang melanggar peraturan namun malah membantah jika ditegur,
“saya pernah menemui orang jelas-jelas dia melanggar peraturan merokok diarea
kampus namun tidak mematikan rokoknya justru malah membantah” ujarnya. Berbagai
karakter telah ditemukan oleh Rahmad dalam menjalankan tugasnya, suka duka
dalam menjalankan tugas dinikmati dan sebagai pengalaman hidup mengenal
jenis-jenis pribadi masing. Bahkan Pernah suatu ketika Rahmad menghentikan
sepeda motor yang melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi diarea
kampus, sontak saja rahmad langung menegur dan menghintikan sepeda motor
tersebut “ Bisa pelan ndak Mas” ujar Rahmad, namun anehnya tak merasa bersalah
atau minta maaf orang tersebut justru menbantah dengan mengatakan “Tidak bisa”.
Setelah ditelusuri orang yang ditegur tersebut adalah salah satu dosen di UAD.
Peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh Rahmad dan menjadi bumbu penyedap
dalam tugas menjalankan peraturan atau menegakkan peraturan yang ada.
Dalam menegakkan peraturan,
Rahmad sering menemukan mahasiswa yang tidak mematuhi peraturan kampus, banyak
sekali mahasiswa yang melanggar peraturan pakaian, bahkan Rahmad harus menegur
secara langsung kepada mahasiswa yang memakai celada pendek. Hal ini dilakukan
oleh Rahmad karena memang sudah menjadi kewajibannya menertibkan mahasiswa yang
bandel.
Peraturan yang dibuat oleh
kampus ada kalanya susah untuk diwujudkan oleh para mahasiswa, salah satu
peraturan itu yakni kampus bebas dari asab rokok, “kampus bebas area
merokok
Bekerja di perguruan tinggi
sangat dirasakan berbeda betul dengan pekerjaan yang lain, hal ini dirasakan
oleh Rahmad selama bekerja di UAD. “setiap hari besar Islam atau tanggal merah
saya libur, dan ini berbeda dengan apa yang kurasakan ketika bekerja di
instansi-instansi diluar UAD” ujarnya. Menjadi sangat indah jika dalam bekerja
ada sitem libur yang layak, karena dalam bekerja siapaun orangnya pasti ada
titik jenuh yang ada pada dirinya.
Rahmad yang gemar
memelihara burung merpati ini mengatakan “saya ada dilingkungan akademik,
omongan saya jadi iku akademik, itu saja terdengar, dan itu sedikit ilmu yang
bermanfaat untukku” tak heran jika Rahmad merasa betah bekerja di UAD walaupun
hanya sebagai satpam. Mungkin dalam benak diri Rahmad menyimpan keinginannya
untuk bias melanjutkan studinya, namun Rahmad munkin meyadari kemampuannya
hanya sebatas satpam, realita yang sungguh berbanding terbalik dengan
orang-orang yang serba tercukupi
Khoirul Ibad
0902055126
Motivasi Bisnis Komunitas
Hadi
Kuntoro, dipanggil Hadi, menyebut dirinya ‘Raja Selimut’. Karena memang,
selimutlah yang menjadi lead bisnisnya. Menyebar selimut Jepang berkualitas
internasional yang dibuat di pabrik Indonesia ke seantero tanah air dan manca
negara adalah profesinya.
Sebelumnya, selama 13 tahun
bapak tiga anak ini menjadi karyawan atau TDB (Tangan di Bawah) di pabrik mobil
terbesar asal Jepang. Gajinya saat itu telah lebih dari mencukupi. Namun ada
sesuatu yang membuatnya tetap gelisah.
“Ada angan yang belum dapat
saya dapat, dan selalu mengusik saya. Mengapa sampai saat ini saya hanya bisa
hidup untuk diri dan lingkungan keluarga saja Apa kontribusi saya untuk orang
lain Belum ada!” bisik gelisah hati Hadi beberapa tahun lalu.
Bulat tekad ia bangkit, tak
mau menjadi penonton dan tukang sorak keprihatinan nasib bangsa Indonesia yang
memang tengah amburadul secara ekonomi. “Saya harus melangkah menjemput angan
untuk bisa lebih bermanfaat bagi 100 atau 1000, atau sejuta orang,” tekadnya.
Tepat hari pertama bulan
Maret 2008, Hadi mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Ia ingin merintis
bisnis sendiri. Meski masih kecil dan sebagian besar modal didapat dari hutang,
tapi Hadi optimis ia akan berhasil.
Awal 2009, omset penjualan
selimut Hadi sudah mencapai 1000-2000 selimut perbulan, dengan agen-agen yang
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Selain usaha selimut, bersama
adiknya, Hadi telah membuka toko-toko kerudung dan busana Muslim di daerah
Jawa. Saat ini Hadi juga sedang menawarkan kerjasama usaha One Stop Shopping
perlengkapan tidur untuk mitranya yang berlokasi di berbagai kota.
Mau tahu kunci sukses Hadi
Ia bergabung dengan jaringan TDA (Tangan di Atas), komunitas intrepreneur muda,
yang gigih mengembangkan kemandirian usaha, mendobrak ketergantung tren
kebanyakan masyarakat Indonesia yang lebih sukan menjadi karyawan.
Sejak berdiri di awal 2006,
komunitas yang didirikan Badroni Yuzirman ini terus berkembang pesat. Sekarang,
anggotanya telah hampir lima ribuan orang, tersebar di seantero Nusantara.
Menurut Badroni sang founder (pendiri) yang juga pemilik dan pemimpin Manet
Busana Muslim Plus, komunitas TDA bermula ketika ia dan istri memutuskan memulai
bisnis menggunakan internet dan direct marketing dari rumah pada Maret 2004.
Ia mulai dengan membuat
blog yang kemudian mencuri banyak perhatian pengunjung, dan terus menjadi
perbincangan hangat, karena dianggap ‘memprovokasi’ orang untuk mendobrak
kemapanan keasyikan menjadi karyawan. Pada Januari 2006, bersama beberapa rekan
sevisi, ia dirikan TDA, dengan misi menumbuhkan semangat berwirausaha
masyarakat.
Karena memang berawal dari
ide komunitas maya, maka blog dan mailing list menjadi sarana utama koordinasi
antaranggota mengenai usaha masing-masing dan diskusi masalah-masalah terkait
bisnis. Untuk mengeratkan hububungan, kerap juga diadakan pertemuan rutin
sebagai ajang silaturrahim mereka.
Melahirkan Intrepreneur
Seperti dimuat situs resmi
TDA (http:www.tangandiatas.com), komunitas TDA berorientasi ingin menjadi
sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan di Atas, atau menjadi
pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Abundance atau enlightened
millionaire.
Dengan filosofi bahwa
menjadi Tangan di Atas lebih mulia daripada Tangan di Bawah (TDB), TDA berupaya
ingin menghasilkan para pengusaha. Berbeda dengan TDB yang hanya bisa
memproduksi karyawan. Motivasi para anggota TDA dilakukan dengan cara saling
berbagi, mendukung dan bekerja sama dalam komunitas non profit itu.
Berbekal keyakinan dasar,
bersama-sama segalanya akan lebih ringan, mereka buktikan berhasil banyak
menggelar kegiatan maupun terobosan bisnis. Karena memang, aktivitas mereka
bukan sekedar diskusi, debat maupun curhat urusan bisnis, tapi orientasi kerja
(action oriented). Berbeda dari komunitas lain, yang cenderung lebih suka
banyak berwacana atau berteori.
Untuk mempermudah
klasifikasi anggota, karena terkait semangat dan upaya wirausaha mereka, member
(anggota) TDA dibagi menjadi tiga kategori: TDA, yaitu member yang sudah
berbisnis penuh dan tengah berupaya meningkatkan bisnisnya ke jenjang lebih
tinggi. TDB, yaitu member yang masih bekerja sebagai karyawan, dan sedang
berupaya berpindah kuadran menjadi TDA. Dan Ampibi, yaitu member yang masih
dalam tahap peralihan dari TDB (karyawan) ke TDA, dengan melakukan bisnis
secara sambilan.
Berkembangnya jaringan
anggota, membuat komunitas ini kian memarakkan aktivitas. Terbangunlah banyak
sayap jaringan TDA, dari jaringan kios pakaian, seluler, IT, hingga
jaringan-jaringan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan bisnis mandiri,
maupun kegiatan sosial.
TDA Goes To Franchise,
mislanya, sangat mumpuni melakukan kajian dan laboratorium konsep bisnis; TDA
Peduli bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap Dompet Dhuafa Republika; TDA
Wealth Strategy Club yang rajin mengadakan diskusi dan penerapan wealth
strategy; TDA Event Organizer spesialis penggelar kegiatan seminar, talkshow,
bazar, pameran, tur, dan lain-lain.
Atau TDA Business
Re-education yang aktif beraksi dalam kegiatan seminar, business game dan
business coaching; TDA Business Conference di dunia maya; TDA Spiritual yang
rajin melakukan pengajian bulanan; TDA Finance; TDA Business Book Club; dan
lain-lain.
Nilai Tindakan
Sebagai sebuah komunitas
yang pesat berkembang, tentunya membuat TDA semakin mudah melakukan kerjasama
dengan banyak pihak. Imbas keuntungan bagi anggota jelas terasa. Di samping
mendapatkan mind-set tentang kewirausahaan yang benar, ilmu kewirausahaan dari
seminar, workshop, mastermind maupun mailing list, bersama TDA, networking dan
silaturrahim mereka juga kian luas.
Berkembang pesatnya
komunitas ini, tak lain berkat pancangan “Lima Nilai TDA”, yang menjadi semacam
asas pengikat komunitas ini. Yaitu: Silaturrahim (saling mendukung, sinergi,
komunikasi, kerja sama, berbaik sangka, teamwork, dan sukses bersama);
Integritas (kejujuran, transparansi, amanah, win-win, komitmen, tanggungjawab,
dan adil); Berpikiran Terbuka (continuous learning, continuous improvement,
kreatif, dan inovatif); Berorientasi tindakan (semangat solutif, konsisten,
persisten, berpikir dan bertindak positif, give and take, serta mindset
keberlimpahan); dan Fun (menjaga keseimbangan dalam hidup).
Yulia Astuti, pemilik salon
muslimah Moz5 yang kini telah memiliki banyak cabang di beberapa kota, mengakui
besarnya keuntungan yang ia rasakan sejak menjadi bagian komunitas TDA. Awalnya
ia terkategori sebagai Ampibi, karena awalnya ia hanya menyambi bisnis sambil
berstatus karyawan di sebuah perusahaan Jepang. Namun sejak bergabung dengan
TDA, ia kian termotivasi untuk berwirausaha mandiri.
Dengan dukungan motivasi
dari rekan-rekan komunitas, dan bermodal ketekunan tinggi, akhirnya Yulia
sukses memfranschisekan usaha yang awalnya sambilan itu. Jadilah kini Moz5
beranak cabang di banyak kota.
“TDA is My Family,” tegas
Yulia. Walau terbilang pasif di dunia maya, Yulia cukup aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan offline TDA. Di komunitas ini ia rasakan indahnya
silaturrahim. Di sana ia bisa berbagi, belajar, bersinergi, dan belajar banyak
dari perjalanan sukses para rekannya. “Tidak semata-mata kepentingan bisnis.
Kita juga dapat saudara dan sahabat, yang tentunya tak dapat dihitung nilainya
dengan uang,” ujar Yulia.
Secara teori, kecenderungan
kian marak munculnya komunitas-komunitas bisnis, merupakan bagian dari
berkembanganya kognisi sosial (social cognition). Pakar psikologi sosial
Russell Spears menyebutkan, manusia berhadapan dengan realitas sosial yang
kompleks, sehingga untuk mempermudah hambatan, mereka cenderung suka membagi
sesuatu dalam kategorisasi atau kelompok. Sungguh TDA salah satu contoh
suksesnya teori ini. (Shofia Tidjani)
Memulai Usaha dengan Mimpi
Islahuddin
Suasana
penuh keakraban terlihat pada acara launching Young Enterpreneurshiop Start Up
(YES) Club Jakarta, Maret lalu di gedung Design Center Jakarta. Walau acara itu
baru digelar di hari pertama, para peserta yang berjumlah sekitar 25 orang
nampak akrab berinteraksi. Sesi terakhir yang banyak diisi tanya-jawab, pun
menjadi ajang yang sangat meriah. Pada sesi itu, masing-masing peserta diberi
waktu melontarkan usaha yang telah mereka rintis, dan cita-cita mereka
sebelumnya.
Suasana
seperti ini sangat disyukuri Direktur YES Club Jakarta, Himawan Adibowo. “Yes
Club belum berumur satu hari, tapi rupanya sudah terbentuk kerja sama bisnis di
dalamnya,” ujar Himawan sambil tersenyum.
Dari
peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa itu, tak satupun mempunyai usaha
berskala besar. Bisa dibilang rata-rata hanya bermodalkan nekat. Azuz Saputra
misalnya, mahasiswa semester enam Jurusan Manajemen di School of Bussines and
Management (STIEKPI), selain mau belajar, ia juga harus menjauhkan gengsi untuk
memulai dan menggeluti usahanya.
Saat
ini, bersama seorang rekannya, Azuz sukses menjadi distributor kentang goreng
kemasan di areal kampusnya. Menurut Azuz, sudah bukan saatnya lagi masyarakat
menilai suatu pekerjaan itu bergengsi atau tidak. Karena yang terpenting adalah
bagaimana bisa terus berusaha dan menghasilkan uang sendiri.
Memang
diakuinya, bahwa usaha yang ia jalani sejak tiga bulan lalu itu sangat kecil.
Hanya bermodal awal 80 ribu rupiah yang ia belanjakan untuk membeli 40 bungkus
kentang goreng kemasan, saat itu ia sanggup menjualnya habis dalam tempo empat
hari. Kini, setiap bulan Azuz minimal mampu mengantongi laba 800 ribu rupiah.
Jumlah
rupiahnya memang kecil, tapi bagi Azuz yang penting adalah bagaimana
menumbuhkan keberanian untuk berusaha, dan memutus ketergantungan pada
orangtua. Ia berharap, pengalaman menjadi distributor kecil-kecilan ini menjadi
modal untuknya kelak menjalani bisnis yang lebih besar.
Tidak
Memilih Rezeki
Dari
cerita dan pengakuan yang dipaparkan para peserta Yes Club, terbukti bahwa
modal nekat, tahan malu, dan berkhayal, telah banyak mengantarkan para
pengusaha untuk memapak sukses dari nol.
Farry
Iskandar juga membuktikannya. Sebelum menjadi pengusaha alat-alat petualangan
yang dipasarkan secara online, Ferry bekerja sebagai karyawan di sebuah lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Walau gaji tak besar, bekerja di LSM membuat Ferry
nyaman mendapat penghasilan tetap.
Suatu
ketika, Ferry memutuskan berhenti menjadi karyawan dan memilih membuka usaha
sendiri. Keputusan itu tentu disayangkan banyak rekan dan kerabatnya. Apalagi
di masa awal usaha, Ferry sering menggelar dagangan di emperan jalan sekitar
kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta setiap Minggu pagi.
Belum
lagi tekanan mental yang harus dirasakan Ferry akibat anggapan miring
masyarakat yang menilai bekerja di kantor lebih terhormat daripada berdagang di
emperan jalan. “Masa awal memulai usaha sangat menyedihkan. Banyak yang
menganggap pekerjaan ini sebelah mata,” ujar Ferry.
Pada
2004, bermodal uang delapan juta rupiah di tangan, Ferry jalankan usaha dengan
keyakinan bahwa itulah satu-satunya pilihan terbaik untuk meningkatkan
penghasilan dirinya. Apalagi saat itu ia sudah ingin berumahtangga, yang ia
sadari, kelak tentunya ia butuh penghasilan lebih tiap bulannya untuk mencukupi
kebutuhan keluarga.
Tak
keliru Ferry memilih jalan hidupnya. Saat ini terbukti ia bisa menikmati
limpahan keuntungan hasil usaha dan buah strategi dirinya untuk terus berjuang
dan tak memilih-milih rezeki. Meski banyak perusahaan besar yang bergerak di
bidang yang sama, namun Ferry tak gentar. Karena mereka jarang melayani partai
eceran, apalagi via online seperti yang ia lakukan.
Kini
usahanya perlahan berkembang, tak kenal lelah ia terus berupaya membesarkannya
lagi. ”Sampai sekarang, saya masih terus berjuang menggapai mimpi yang besar,”
tandas Farry.
Usaha
Tiada Henti
Kisah
serupa namun tidak sama juga dialami Edi Kurniawan, mantan karyawan sebuah
perusahaan otomotif di wilayah Tangerang. Suatu ketika, komunitas Tangan di
Atas (TDA) menggelar kegiatan magang yang disebut TDA Apprentice.
Walau
kegiatan magang berskala tiga bulan itu tidak memberinya gaji ataupun uang
transport, namun berkat keinginan untuk belajar dan menggali ilmu menjadi pengusaha,
Edi berani memutuskan untuk meninggalkan kemapanan hidup sebagai karyawan.
Saat
itu peserta magang berjumlah sepuluh orang, yang ditempatkan di stan milik Haji
Alay di kawasan grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hanya dua orang yang
sanggup mengikutinya sampai akhir, salah satunya adalah Edi. Selama magang, Edi
memperhatikan adanya celah menjanjikan dari prospek bisnis online. Maka selepas
magang, ia memilih usaha jual beli pakaian bayi usia tiga tahuan ke bawah
secara online. Dan pengetahuan tentang dunia garmen yang ia dapat selama
magang, sangat membantu perkembangan usahanya.
Edi
memiliki alasan kuat mengapa ia bersikeras beralih profesi menjadi pengusaha.
Karena ia sangat yakin, bahwa dunia usaha tak ada matinya, selama orang mau
berusaha. Keyakinan itu semakin besar ketika Haji Alay, yang merupakan saudagar
sukses di Tanah Abang, memotivasinya. Haji Alay sering menekankan, bahwa uang
berserakan di mana-mana, dan terus berputar selama 24 jam. Dengan sepuluh
tangan sekalipun, kita tak akan sanggup memunguti semua serakan itu, kecuali
kita mengetahui caranya.
Jerih
payah yang dimulai sejak dua tahun itu kini telah menuangkan hasil. Selain
bergerak di bisnis online, Edi juga telah mempunyai dua buah toko di Gedung
Jakarta City Center (JaCC). Omset rata-rata perbulan yang ia dapat bisa
mencapai 100 juta rupiah, dengan 70-80% berasal dari penjualan online.
Menurut
Edi, dua tahun bukanlah waktu yang lama. Namun selama itulah kemampuan
seseorang untuk bertahan dalam berusaha ditentukan. Salah perhitungan memang
sempat dirasakan Edi, namun itu ia jadikan sebagai ilmu yang tak ternilai, yang
ia jaga agar tidak kembali terulang di masa mendatang.
Belajar
dari Mimpi
Sementara
itu, Atik Wahyu Naryati pengusaha budidaya jamur, kini telah menuai hasil jerih
payahnya. Atik yang memulai usaha di akhir 2005 lalu, pada pertengahan 2006
saja sudah menuai hasil yang cukup signifikan, dan usahanya berkembang kian
stabil. Bermodal awal hanya enam juta rupiah di tangan, kini setiap bulan Atik
menuai sekitar 5-10 juta rupiah keuntungan.
Di
bawah bendera CV Fanindo Multi Farm, berbagai jenis jamur kini ia budidayakan.
Agar bisa diedarkan ke berbagai tempat dengan mudah, ia kemas bahan dagangannya
dalam bentuk jamur kering. Karena keberhasilannya itu, banyak orang dari berbagai
daerah datang kepadanya untuk belajar. Dengan tangan terbuka Atik menerimanya.
Kisah
sukses juga ditorehkan Masbukhin and Nuni. Pasangan harmonis lulusan
Universitas Brawijaya Malang ini, memulai bisnis telepon seluler sejak 2003
lalu. Mereka berdua mendobrak kemapanan tradisi para sarjana yang biasanya
lebih memilih berpakaian necis dan menjadi karyawan kantoran.
Masbukhin
and Nuni kini sukses memiliki beberapa outlet grosir di Pulogadung Trade Center
dan tempat-tempat lain di Jakarta. Seluruhnya tergabung di bawah payung PT
Prima Prada Cellular (PCC) yang mereka dirikan.
Bermodal
mimpi ingin menjadi sukses, awalnya mungkin banyak dicemooh orang sekitar.
Namun jika ingin menjadi pengusaha sukses, modal nekat merupakan salah satu hal
yang harus dimiliki.
Hal
ini sangat tegas diakui pengusaha sukses Martha Tilaar. Jatuh bangun usaha yang
dilakukan ikon kecantikan Indonesia sejak awal dekade 70-an itu, kini terlihat
hasilnya. Usahanya terus menggurita. “Jika ingin menjadi pengusaha, kita harus
berani untuk nekat, dan menggantungkan mimpi setinggi langit,” tegas Martha.
Tommy Hidayat
0902055127
Salah Alamat
Sabtu (10/3), ketika itu saya sepulang dari jalan dari
malam mingguan, sesampapinya di kost teman saya, Jefry namanya, meminjam sepeda motor saya untuk ngeprint
tugasnya di warnet di depan lapangan bola pramuka. Tak lama kemudian dia pun
datang dan malam itu waktu sudah menunujukkan pukul 22.00. dan setelah ituia
mengembalikan kunci saya, saya pun langsung tidur tanpa firasat apa pun.
Sebangun dari tidur saya
pun ingin pergi ke warung untuk membeli sabun cuci bubuk serta sarapan. Karena
niat saya hari minggu itu adalah mencuci pakaian saya. Kemudian saya mencuci
muka dan sikat gigi, setelah itu saya bersiap-siap untuk jalan keluar. Setelah
di parkiran saya pun bingung dan gelisah, karena motor saya tidak ada di
parkiran.
Kemudian saya
memperhatikan tiap sudut parkiran dan hanya menemukan motor jenis yang sama
dengan motor saya, hanya tampilannya jauh lebih kusam dari motor saya, tapi
berplat Samarinda. Ketika melihat motor tersebut rasa penasaran saya muncul in
gin memasukan kunci kontak kemotor tersebut gdan ternyata berhasil, dan
perasaan bingung, gelisah serta emoosi berganti menjadi heran sekaligus lucu
kalau teman saya si Jefry salah bawa motor pulang ke kost. Dan langsung saya
ketok pintu kamarnya, sontak ia pun langsung terbangun dan langsung saya
tanyakan “dimana kamu menaruh motor saya?” dan iapun langsung menjawab
“diparkiran ujung tom”. Sontak saya sja saya tertawa terpingkal-pingkal melihat
sekaligus menjadi korban keteledoran si Jefry. Ia pun bingung dengan mata
mengantuk melihat saya tertawa di kamarnya. “kenapa Tom” tanya Jefry, saya pun
langsung mengajak Ia keluar ke parkiran dengan diikuti oleh Vincent Saya pun
langsung menunjuk motor yang berbeda namun setipe dengan motor saya, dan saya
jelaskan bahwa motor yanng dia bawa salah Vincent pun seketika itu paham dan si
Jefry denagn muka polosnya memnyatakan
seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah dijelaskan yang kedua kalinya oleh Vincent baru Ia paham
dan langsung ikut tertawa. Seketika itu pula Saya ajak Ia keluar ke warnet
tempat Ia mengeprint semalam . sesampai di warnet, warnetnyapun tetrnnyata
masih tutup, hanya fotocopyan disebelahnya yang telah buka karena mengingat waktu masih menunjukkan
pukul 07.00 pagi dan saya pun menanyakan no handphone warnet tersebut, sontak
saja Ibu-Ibu si pemilik fotocopyan bercerita tentang pemilik motor yang di bawa
oleh Jefry pulang ke kost bahwa si pemilik motor menunggu samapai jam 01.30 di
depan warnet dan kunci kontak saya pun dibongkar paksa agar dapat di bawa
pulang mengingat motornya tertukar dan si Jefry pun tak kunjung datang. Saya
pun menelpon pihak warnet dan pihak warnet pun memberikan nomor telpon si pemilik
motor. Setelah saya telpon, si pemilik motorpun langsung ngomel dan saya pun
meminta maaf sambil menjelaskannya pelan-pelan meskipun saya sebenarnya tidak
tahu apa-apa, namun berhubung motor saya
yang menjadi peran disini saya merasa ikut bertanggung jawab walaupun saat itu
saya kesal setelah melihat keadaan motor saya yang kuncinnya telah dirusak.
Kemudian saya bawa pulang dan si Jefry pun berniat memperbaiki kunci motor
saya.
Novrilia Nainggolan
0902055128
Tukang Cuci Baju di Komplek
Munah Mampu Menguliahkan Anaknya Sampai S1
Walau cuaca sedang hujan , angin kencang, hingga terik
sekalipun wajahnya selalu tampak gembira, tak pernah ia terlihat sedih.
Senyum ramah dan wajah riang selalu ia perlihatkan kepada semua orang. Tak
pernah ia meminta belaskasihan kepada orang lain. Hari-harinya ia jalani dengan
penuh semangat. Tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa. Ia selalu
menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang
mengatakan di jaman serba instan sekarang ini pekerjaan itu sangat rendah. Bagi
ia apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik mungkin.
Ya, inilah sekilas sosok Munah yang bekerja sebagai
tukang cuci baju di komplek perumahan Kota Samarinda. Munah adalah seorang ibu yang berusia 52
tahun yang mempunyai 2 orang anak. Kedua anaknya yaitu Yusva dan Rizky. Namun
karena beratnya kehidupan yang terjadi saat suaminya di panggil yang Mahakuasa
karena kecelakaan, Munah tidak dapat menyelamatkan anak keduanya Rizky dari
serangan penyakit demam berdarah ketika usianya 8 tahun.
Banyak cobaan yang di hadapi Munah silih berganti. Namun
ia tidak menjadikan cobaan dan rintangan
itu menjadi penghalang ia mencari nafkah untuk anak satu-satunya yang ia
miliki, yaitu Yusva. Munah rela menjadi tukang cuci baju keliling komplek demi
mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan anaknya. Mulai dari makanan yang di makan
setiap harinya, biaya untuk beli pakaian, hingga biaya untuk kuliah anak
gadisnya ‘Yusva’. Walaupun penghasilan
Munah tiap bulannya tidak seberapa.
Munah bekerja di sebuah komplek perumahan yang cukup
elith di dekat rumahnya. Setiap hari, ia harus berjalan kaki sekitar 2 kilometer untuk sampai kerumah
yang mempekerjakan dia sebagai pencuci baju . Biasanya Munah sudah melakukan
aktivitasnya mulai pukul 06.30 WITA dan di tengah hari ia sudah dapat
beristirahat di rumahnya.
Seusainya mencuci baju biasanya Munah tidak langsung
pulang begitu saja, ia selalu berusaha mencari tambahan penghasilan dari tempat
ia mencuci. Ia kerap menawarkan diri untuk memasak, menyapu dan sebagainya
layaknya pembantu rumah tangga. Banyak tawaran yang mengajak Munah untuk
menjadi pembantu rumah tangga saja dan tinggal di tempat ia bekerja , namun ia
menolaknya, ia memikirkan anak gadisnya ‘Yusva’ (21) yang sedang giatnya
mengikuti perkuliahan di salah satu universitas di Samarinda. Walaupun tugasnya
memang untuk mencari nafkah, namun ia selalu memperhatikan anaknya.
Di malam hari terkadang ia meneteskan airmata, mengingat
betapa malangnya ia harus menanggung hidupnya tanpa suaminya. Apalagi terkadang
keluar keluhan bahwa ia terlalu lelah untuk menjalankan aktivitasnya di usia
yang semakin menua ini. Di jaman serba modern
ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa selain mengharapkan dan mendoakan
agar anaknya dapat sukses ke depannya dan membawa sebuah kebahagiaan
untuknya. Karena keramahannya dengan
orang-orang di sekitarnya, Munah selalu di limpahi rejeki, baik dari bentuk
makanan ataupun uang di luar hasil kerja mencucinya. Banyak pula yang kagum dan
salut dengan ketegaran dan usahanya membiayai anaknya hingga S1. Walaupun
dengan keringat dan tanggungan berat hidup sendiri. Baginya tak ada artinya
keringat dan malu menjalankan kehidupan berkecukupan ini, ia yakin dan percaya
bahwa roda selalu berputar, tidak selamanya ia berada di bawah, kelak suatu
saat nanti ia pasti merasakan bahagia di masa tuanya dengan keberhasilan anak
yang di sayang dan di jaganya selama ini.
Sartika
0902055133
Nikmatnya Es Nona Melda
Pada
suatu hari disaat panas terik matahari, saya melihat kerumunan orang yang mengantri.
Tepatnya di Jalan Ir. Juanda (depan SLTP Negeri 4 Samarinda) cukup terlihat
banyak orang yang ternyata membeli sebuah minuman yakni es nona. Es nona
merupakan salah satu jajanan berupa minuman es yang didalamnya ialah campuran
dari kacang merah, agar – agar, mutiara kenyal, tape singkong yang kemudian
diberi sirup es batu serut dan susu, sungguh sebuah jajanan berupa minuman yang
pas disantap untuk menyegarkan tenggorokan disiang hari. Cukup banyak penjual
yang menjual jenis minuman ini, namun penjual yang saya hampiri di Jalan Juanda
ini merupakan salah satu penjual yang memiliki banyak pelanggan. Es Nona Melda
yakni nama khas yang ditulis di gerobak jualannya. Tempat jualan yang sederhana
dengan lokasi di pinggir jalan membuat saya ingin lebih mengetahui tentang Es
Nona Melda ini. Saya pun berkesempatan untuk mengobrol dengan empunya Es Nona
Melda, ketika ditanya bagaimana mengawali usaha tersebut si penjual pun tak
sungkan untuk sedikit bercerita. Beliau memulai usaha tersebut dari kurang
lebih 6 tahun yang lalu, awalnya ia berjualan di depan rumah sampai berkeliling
menggunakan sepeda motor. Pada saat itu, pembeli masih sedikit dibanding
sekarang namun penjual ini tak kunjung putus asa, ia terus berusaha menekuni
usaha ini. Sedikit demi sedikit, hasil jerih payah dari usaha dan dari menjual
sepeda motor ia kumpulkan hingga dapat membeli mobil bak terbuka tentunya bukan
sebuah mobil yang bagus namun hanya sebuah mobil bekas dengan harga yang
lumayan murah tetapi masih layak digunakan untuk mengangkut hasil olahan es
yang untuk dijual ini.
Penjual
ini masih berkeliling dengan menggunakan mobil bak terbukanya karena belum
memiliki stand tetap untuk jualan. Sedikit demi sedikit usaha ini pun
berkembang yang pada akhirnya beliau punya stand jualan yang tetap meskipun
hanya di depan pagar sekolah saja yang pastinya telah mendapatkan izin dari
pihak sekolah setempat. Hasil yang diperolehya pun rajin ia kumpulkan beserta
istri yang untuk kedua kalinya ia mampu membeli sebuah mobil bak terbuka lagi
namun dengan keadaan yang jauh lebih bagus dari sebelumnya. Anak – anaknya pun
turut membantu usaha orangtuanya ini, mereka mendapat bagian untuk melayani
pembeli. Hal ini membuat saya kagum karena anak – anak yang masih remaja ini
tidak mempunyai rasa gengsi untuk berjualan padahal mereka merupakan keluarga
yang berdarah China, sungguh sesuatu yang membuat saya salut. Mengapa tidak?
Karena orang – orang yang berketurunan
China kebanyakan memiliki usaha yang bernilai tinggi seperti emas,
khususnya di kota Samarinda ini namun keluarga China yang satu ini sangat beda
sekali, itulah yang membuat saya kagum. Ketekunan usaha yang mereka miliki
telah membuahkan hasil yang baik, usaha yang digeluti kini memiliki cabang dan
mereka juga telah menetapkan tempat jualan serta tidak diatas bak mobil lagi
namun dengan gerobak kaca yang ditata untuk lebih menarik pelanggan Es Nona
Melda ini lebih banyak lagi.
Kisah di
atas dapat kita simpulkan dan menjadi contoh yang baik untuk ditiru bahwa
dengan ketekunan yang kita memiliki dalam meraih impian pasti akan membuahkan
hasil yang baik tentunya dengan sikap tanpa putus asa, selalu berusaha dan
tetap berdo’a dengan apa yang kita lakukan ini berharap akan memberi perubahan
hidup yang jauh lebih baik dalam bidang wirausaha atau pekerjaan lainnya.
Sri Yulianti DL
0902055137
Masa Depan Anak Negeriku……
Samarinda-8
Maret , sekitar pukul 14.00 WITA hiruk-pikuk suara mesin kendaraan roda 2, roda
4 serta pejalan kaki sore itu semakin ramai. Lalu
lalang kendaraan bermotor semakin ramai pula bahkan menimbulkan kemacetan.
Semua kendaraan dan pejalan kaki disibukkan oleh keinginan mereka agar segera
sampai kerumah masing-masing setelah seharian beraktifitas diluar rumah seperti
bekerja dikantoran dan bersekolah.
Tetapi
keironisan sangat terlihat jelas ditepi jalan tepatnya disimpang empat mall
lembuswana yang menuju jalan M.Yamin, Dr.Soetomo, Juanda dan kearah Ruhui
Rahayu. Sekumpulan anak-anak berusia sekitar 7-16 tahun malah masih disibukkan
oleh pekerjaan yang tiada batasnya, entah sampai kapan pekerjaan itu mereka
lakukan. Keseharian mereka hanya disibukkan dengan bekerja mencari recehan demi
mendapatkan sesuap nasi, tak lain dan tak bukan pekerjaan mereka berupa menjual
Koran(Loper Koran), menjual kripik dan mengamen disepanjang area trotoar yang
membentang di jalan tersebut.
Mereka
tak pernah mengenal lelah dalam menggeluti pekerjaan itu, yang mereka lakukan
dan inginkan hanyalah mengumpulkan receh sebanyak-banyaknya demi kelangsungan
hidup di esok hari. Mereka tak pernah memikirkan bagaimana bersekolah, karena
tidak adanya biaya yang mencukupi. Oleh sebab itu yang mereka pikirkan adalah
bekerja dan bekerja demi sebuah receh, padahal jika dilihat dari usia mereka,
mereka lebih pantas berada di bangku sekolah untuk mengenyam pendidikan yang
layak demi masa depan yang lebih baik. Jika hari beranjak senja, hanya
sebagaian dari mereka meninggalkan tempat tersebut karena sebagian yang lainnya
(berusia 13-16 tahun) akan mengamen pada malam harinya. Itulah mereka anak
negeriku bahu-membahu mengumpulkan receh untuk masa depan merekan dan keluarga.
Masa
depan anak negeriku sangat ironis sekali, kontradiktif kehidupan mereka sangat
jelas terlihat jika dibandingkan dengan pengguna jalan tersebut yang rata-rata
dari mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak bahkan telah mendapatkan
pekerjaan yang layak pula. Padahal pemerintah kita khususnya pemerintah kota
Samarinda telah menetapkan pendidikan wajib 12 tahun, tetapi kebijakan tersebut
tidak menyentuh anak-anak tersebut. Mereka hanya disibukkan dengan kegiatan
yang itu-itu saja tanpa ada perubahan
yang signifikan dalam kehidupan mereka. Inikah masa depan anak negeriku
yang katanya tak pernah luput dari perhatian pemerintah, tetapi kenyataannya
mereka masih sangat terbelakang dari segi pendidikan, ekonomi dan sosial.
Hasnawati
0902055139
Desainer Muallaf
Menjadi Ikon Fashion Muslimah
Bagi pecinta fashion muslimah, Siapa yang tidak kenal
dengan Hana Tajima Simpson. Akhir-akhir ini, namanya menjadi topik perbincangan di
kalangan blogger Muslimah. Perempuan belesteran Jepang-Inggris yang berusia 24
tahun ini menjadi perbincangan hamper diseluruh dunia karena gaya
berjilbabnya yang unik dan lebih kasual. Sosok Hana pun telah menghias sejumlah
media di eropa sebagai seorang
desainer yang membuat kejutan lewat produk berlabel Maysaa. Kini, produk busana
Muslimah yang diciptakannya itu tengah menjadi tren dan digandrungi Muslimah di
negara-negara Barat. Semua itu, tak lepas dari kegigihannya dalam mempromosikan
Maysaa. Tak cuma itu, kini namanya menjadi ikon fesyen bagi para Muslimah di
berbagai Negara termaksud Indonesia.
Sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat
di usia 17 tahun, Hana adalah seorang pemeluk Kristen. Setelah resmi memeluk
Islam ia langsung berkeinginan mengenakan jilbab, Namun untung saja keluarga
Hana saat itu mendukung penuh pilihannya sehingga ia tidak mengalami kesulitan
dalam pilihannya tersebut.
Sebagai seorang desainer muda, pada saat
itu hana sangat prihatin terhadap gaya berbusana sebagian besar Muslimah yang
kurang bervariasi. Dengan maksud ingin menunjukkan kepada masyarakat Barat
bahwa para perempuan Muslim pun dapat tampil di muka umum dengan gaya berbusana
yang modis dan chic, serta mengikuti tren fesyen terkini, Hana mulai tergerak
untuk mendesain gaya busana Muslimah lengkap dengan jilbabnya yang berbeda
dengan yang sudah ada pada saat itu.
Dalam blog pribadinya Hana mengakui bahwa menjadi seorang
Muslimah di sebuah negara Barat dapat sedikit menakutkan, terutama ketika para
mata di sekitarnya menatap dengan tatapan aneh. Maklum saja, di
negara-negara Barat, sebagian penduduknya telah terjangkit Islamofobia. Tak
sedikit, Muslimah yang mengalami diskriminasi dan pelecehan saat mengenakan
jilbab. Bahkan, di Jerman beberapa waktu lalu, seorang Muslimah dibunuh di
pengadilan karena mempertahankan jilbab yang dikenakannya.
Tak semua Muslimah tergerak untuk
menutup auratnya dengan jilbab. Namun bagi Hana Tajima, jilbab adalah identitas
seorang Muslimah. Sebagai seorang mualaf, desainer busana Muslimah yang sedang
menjadi pusat perhatian itu memilih untuk mengenakan jilbab. Seperti halnya
saat memutuskan untuk memeluk Islam, keputusan hana untuk mengenakan jilbab
juga datang tanpa paksaan.
Tak bisa dipungkiri, bahwa sebagian muslimah
di Indonesia terkena demam style Hana Tajima entah dari cara berpakaian hingga
penggunaan jilbab. Hal ini pun sangat berdampak positif bagi perkembangan
fashion muslim di Indonesia yang terbukti dari lahirnya komunitas hijaber di
berbagai wilayah di Indonesia termaksud di Samarinda ini. hal ini rupanya juga
dapat membangkitkan semangat para muslimah untuk mengenakan jilbab karna sejak
gemparnya Hana Tajima Style, penggunaan jilbab di Indonesia menjadi trand.
Tina Nurliah Rosita
0902055140
PELANGGARAN HAM ATAS TKI
(TENAGA KERJA INDONESIA)
Telah
banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) atas Tenaga Kerja Indonesia diluar negeri, ini dimungkinkan karena
lemahnya pengawasan atas pemerintahan terhadap pahlawan devisa bagi negeri ini.
Seolah-olah para Tenaga Kerja Indonesia ini tidak mendapat perhatian sama
sekali dari pemerintah padahal hampir setengah pemasukan Negara adalah dari
para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja diluar negeri para TKI seperti
diabaikan diluar sana, hanya sebelum pemberangkatan saja menapatkan perhatian.
Sudah
banyak kejadian-kejadian yang merugikan para TKI, bahkan sampai ada yang
kehilangan nyawanya, kekerasan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Salah satunya
adalah seorang TKI asal Lampung yang bernama Winfaidah (26), ia menjadi korban
kekerasan majikannya di Malaysia, bahkan korban juga diperkosa, kejadian ini
terjadi sekitar tahun 2010, kejadian ini terjadi di Penang. Pada saat setelah
kejadian ini korban mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit setempat karena
Winfaidah mengalami siksaan fisik yang melampui batas kemanusiaan. Winfaidah
sangat trauma atas kejadian yang dia alami, ia mengalami pemerkosaan lalu
ditinggalkan pelaku dijalan dengan kondisi yang mengenaskan, pelakunya adalah
majikannya sendiri yaitu pasangan suami-istri.
Telah
terjadi banyaknya penganiayaan, pemerkosaan bahkan pembunuhan terhadap Tenaga
Kerja Indonesia salah satunya adalah kejadian yang dialami pleh Winfaidah
seorang TKI asal Lampung yang bekerja di Malaysia, tetapi pemerintah sepertinya
menganggap remeh masalah ini padahal jasa seorang TKI sangatlah penting bagi
Negara Indonesia. Perlakukanlah para TKI sebagaimana seharusnya diperlakukan
sebagai manusia, bagi pemerintah harus meningkatkan perhatiannya kepada para
TKI yang sedang bekerja diluar negeri. Karena tidak sedikit TKI yang mengalami
perlakuan yang membahayakan mereka, karena para TKI adalah warga Indonesia juga
apalagi para TKI adalah pahlawan devisa dan tidak sedikit pemasukan Negara bagi
Indonesia. Sebagaimana jasa-jasa mereka pada negeri ini sudah seharusnya mereka
mendapatkan perhatian yang khusus untuk melindungi keselamatan dan
kesejahteraan hidup mereka.
Ichsan Nur Adha
0902055142
Suka duka mahasiswa dari Tenggarong
Setelah runtuhnya Jembatan kukar, para
mahasiswa yang berdomisili di Tenggarong
hanya bisa pasrah. Terutama untuk mahasiswa yang pulang pergi. Sesaat
setelah jembatan itu runtuh, tidak terbayang bahwa sebenarnya jembatan tersebut
sangatlah penting. Sekarang, barulah terasa betapa banyak sekali orang yang
melewati jembatan itu dengan melihat orang-orang yang lalu lalang menyebrangi
sungai Mahakam dengan menggunakan jasa fery sekarang. Perjalanan dari kota
Tenggarong ke Samarinda kini kembali jauh dan melelahkan. Bahkan ada yang rela
jauh-jauh ke Samarinda melalui jalur lama yaitu melewati loa janan ada yang
tetap lewat jalur pendek tapi harus menyebrangi sungai dengan menggunakan jasa
fery tentunya. Kebanyakan orang yang rela menempuh jalur lama yang sangat jauh
tersebut di karenakan agak takut menyebrangi sungai dengan menggunakan fery.
Namun dengan kondisi sekarang ini, orang yang rutin pulang pergi dari
Tenggarong ke Samarinda maupun sebaliknya mau tidak mau harus bertaruh nyawa di
sungai agar bisa menempuh jalur yang lebih pendek dan cepat. Para mahasiswa
dari Tenggarong yang sering pulang pergi seperti saya sangat merasakan beban
tersebut. Untuk yang menggunakan motor, minimal kita harus siapkan Rp.6000
untuk membayar fery dan Rp.25000 untuk yang menggunakan mobil. Jika ingin
menggunakan fery yang gratis, anda bisa menggunakan fery yang di sewa pemkab
kukar, namun tentu waktu yang dibutuhkan cukup lama karena daya tampungnya yang
besar sehingga aktivitas bongkar muatnya juga sedikit memakan waktu yang
mengharuskan kita untuk mengantri lebih lama. Waktu yang di tempuh pada saat
jembatan kukar masih ada, biasanya hanya 30 menit paling lama namun setelah
bencana runtuhnya jembatan tersebut maka sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk
ke Samarinda sekitar 50 menit. Perkiraan waktu itu jelas tidak menentu karena
kita tidak bisa menebak waku tempuh kita selama di fery. Terkadang waktu yang
di tempuh fery itu hanya sekitar 10 menit atau tidak sampai habis sebatang
rokok namun terkadang bisa sampai 20
menit lebih dan inilah yang menyebabkan seringnya mahasiswa Tenggarong seperti
saya terlambat untuk ke Samarinda/kampus karena
tidak bisa menebak waktu yang tidak menentu di fery tersebut. Begitulah
kiranya suka duka mahasiswa dari Tenggarong, meskipun yang saya sampaikan
disini sepertinya hanya “duka”nya saja
yang saya tulis namun begitulah adanya jadi mohon maklum atas tulisan ini
karena saya hanya orang biasa dan sederhana yang mencoba menulis apa adanya.
Wahyuni
0902055146
Teater adalah salah satu wadah bagi para pencinta seni
untuk mengungkapkan perasaan keindahaan, kritik, ide, atau pendapat, emosi da
lainnya. Di Kalimantan timur, khususnya di samarinda terdapat beberapa kelompok
atau sanggar teater, baik itu teater independen maupun tetater pelajar atau
mahasiswa. Teater yupa universitas mulawarman adalah salah satu teater kampus
yang masih aktif sampai saat ini. Pada akhir desember lalu tetar yupa
mengadakan event yaitu STIGMA ( lomba festival monolog mahasiswa nasional ) selaku tuan rumah STIGMA yang pesertanya
ada 12 komunitas teater yang ada di Indonesia, dari kegiatan tersebut banyak rangkaian acara yang harus di
ikuti oleh peserta STIGMA salah satunya yaitu berwisata di museum tenggarong,
saya salah satu dari panitia STIGMA pun langsung bergegas menuju tempat
penjualan barang-barang khas Kalimantan timur yang berada tepat di belakang
museum tenggarong, setiba saya ditempat, saya melihat sosok seorang bapak tua
dengan kondisi mata buta, dia duduk diantara banyaknya kerumunan orang yang tak
lain peserta STIGMA mereka melihat bukan lantaran mereka kasihan namun mereka
kagum terhadap bapak tersebut dengan kondisi cacat bapak tua tersebut tidaklah
berpangku tangan justru dia memberikan sebuah performent yang mengagumkan,
bapak tua tersebut memainkan sebuah music dengan menggunakan gambus yaitu lat
music tradisional Kalimantan timur dengan suara petikan gambus yang sangat
merdu diselingi pula dengan lagu daerah sehingga pertujukan itu menjadi lengkap
rasanya, tak sedikit dari para peserta stigma mendokumentasikan performenta
bapak tua tersebut, hal tersebut menyadarkan saya bahwa kekurangan bukanlah
suatu hambatan atau halangan untuk kita terus berkarya namun bagaiman kita
memanfaatkan waktu kita sebaik munkin, oleh sebab itu syukurilah pa yang sudah
kita miliki dan gunakanlah kesempurnaan fisik kita sebaik mungkin serta memberi
manfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.
Friscila Febriyanti
0902055147
Samboja, banjir dan jalan berlubang merusak badan jalan
Negara Balikpapan- Handil. Hal ini membuat sebagian warga Samboja geram atas
eksploitasi yang telah terjadi. Pembongkaran batubara besar-besaran di Samboja,
dianggap sangat merugikan warga. Dengan demikia adanya dampak yang mau tidak
mau harus dirasakan, aktivitas terganggu dan kecelakaan mau harus dirasakan,
aktivitas terganggu dan kecelakaan lalulintas warga menuding karena kerusakan
jalan poros Balikpapan-handil yang disebabkan truk batubara yang hendak hauling
di jalan umum. Sabtu (3/3) salah satunya korban kecelakaan lalulintas bernama
Fitri R, pelajar putrid kelas tiga SMP N Samboja yang saat itu hendak pulang
kerumahnya di Margo Mulyo. Dengan menunggangi Mio Putih dia korban lewat lubang di jalan poros
Balikpapan-Handil.
Kabar
yang beredar di masyarakat, siswi SMP tersebut sempat ditabrak truk hauling
dari arah Samboja yang langsung berhenti di dekatnya. Inilah gambaran
permasalahan terjadi yang tiada hentinya akibat ulah okum tertentu yang
mengambil keuntungan dari pembongkaran batu bara baik secara legal maupun
ilegal. Kurang tegasnya pemerintah Kukar pula yang menyebabkan banyak oknum
yang memanfatkannya. “mana kerja pemerintah jalan berlubang, tidak ada hauling
kalau ada kasus kecelakaan saja. Batu bara harus di tutup karena banyak dampak
yang harus warga trima lingkungan rusak, banir, jalan berdebu”. Inilah teriakan
warga Samboja yang sangat prihatin dengan keadaan tersebut. Sakitnya warga dan
deritanya warga bukan urusan bos tambang batu bara, tapi pemerintahlah yang
harus ambil andil dalam biduk permasalahan yang tiada henti-hentinya ini, hanya
ketegasan pemeritahlah satu-satunya obat bagi warga.
Andi Nur Muh Firdaus
0902055148
Semangat Orang Tua
Di desa Tanjung Aru, Kec.Tanjung Harapan
Kab.Paser, KalimantanTimur. Di sana ada sebuah dan kehidupan keluarga yang
sederhana, tepatnya keluarga pak ikhsan yang ia hanya bekerja sebagai seorang nelayan.
Di desa tersebut pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang sangat minim
penghasilannya, atau bisa dikatakan sebagai pekerjaan yang paling bawah. Tetapi
hebatnya ialah pak ikhsan tidak pernah mengeluh dan bahkan terus bekerja keras hingga
ia mampu menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi hanya dari pekerjaan
seorang nelayan.
Dari hal inilah sisi yang sangat mengharukan buat
kita, yaitu dari seseorang yang hanya mendapat penghasilan yang sangat minim
tapi mampu mewujudkan impian anaknya untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi lagi.
Juga merupakan motivasi buat kita semua sebagai seorang anak untuk mampu menghargai
apa yang telah diusahakan oleh orang tua.
Zainal Aqli
From zero to hero
Ada sebuah gudang besar berisi 3
ton besi. Tiap satu ton berharga satu juta rupiah. Satu ton dibawa ke Jerman
diolah menjadi mobil Marcedez Benz berharga satu milyar rupiah. Besi yang satu
ton lagi dibawa ke Jepang. Para insyinyur Jepang mengolahnya menjadi mobil
Toyota seharga 500 juta rupiah.
Nah, masih ada satu ton kan? Yang satu ton ini dibawa ke sebuah tempat X di Jawa, sebuah perusahaan pembuatan cangkul, pisau, parang, wajan, sekop, dsbnya. Setelah diolah dengan keras bermandikan keringat, jadilah alat-alat tersebut senilai 1,5 juta rupiah.
Setelah Marcedez Benz, Toyota, dan cangkul kembali dihancurkan menjadi besi dan ditimbang ternyata harganya kembali sama senilai satu juta rupiah.
See ? (merasakah Anda tersindir :D)
Nyatanya barang / orang yang berangkat dari zero, dari start yang sama bisa bernilai beda tergantung pengetahuan, kemauan, dan kemampuan dalam memperlakukannya...
(pasti Anda mulai membandingkan prestasi yang Anda dapat dengan orang-orang sekeliling Anda dapatkan terutama yang sebaya dengan Anda)
Mengapa bisa berbeda?
Ok, see the point...
Bagaimana caranya agar kita bisa mendahsyatkan diri kita...
1>.. Banyak bersyukur
'Nikmat itu seperti hewan buruan yang mudah lepas sehingga ikatlah nikmat itu dengan banyak bersyukur'
so mulai sekarang banyak-banyaklah bersyukur dari hal-hal yang kecil..
Quotes of the day,
"Kenalilah Allah swt saat suka, maka Allah swt akan mengenalimu di saat susah"
2>.. Punya mimpi besar dan cita-cita luhur
"Cita-cita merupakan energi yang ternyata mampu menggerakkan jiwa, menggerakkan pikiran untuk kreatif, menggerakkan badan untuk aktif serta menggerakkan seluruh tubuh untuk mencapai sebuah tujuan"
Nah, bila untuk bermimpi saja tidak berani, bagaimana ia berani memimpin dirinya mencapai cita-cita ??
(setubuh ??)
3>.. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya
ingat :
Waktu kita benar-benar sedikit...
Waktu kita hanya ada tiga,
waktu kemarin yang sudah bukan milik kita lagi, esok hari yang belum tentu kita punyai, dan waktu sekarang yang ada di tangan kita...
Waktu cepat berlalu euy, berasa kan?
4>.. Lakukan perubahan yang berarti
Ada anekdot yang mengatakan, "Mengapaorang tenggelam apabila jatuh di dalam air?" dan beberapa orang mengatakan, "Karena Dia tidak dapat berenang." "Bukan, bukan, orang tenggelam bukan karena tidak bisa berenang tetapi karena Dia hanya menetap di situ dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain"
5>.. Jangan takut gagal
Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa AS merupakan hasil dari kegagalan total karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia..
(bukti konkret tokh :p)
.
.
.
.
.
Kebanyakan orang mengira sukses itu seperti melewati jalan tol, bebas hambatan, padahal kata teman-teman dari Batak,
jalan ini SIMANUNGKALIT, bukan pilihan para PANGARIBUAN, rutenya terjal bahkan kadang MANURUNG, suatu ketika SIBUTAR-BUTAR bikin kepala POLTAK, sepanjang jalan banyak SIRAJA GUK-GUK, sedikit SITUMORANG yang melewati, tapi kalau sudah PAMUNCAK udara SIREGAR. Maka SIMANJUTAK tak gentar wahai BUTET dan hanya kepada Allah kita berHARAHAP ^-^
.
.
.
Semoga
bisa
jadi inspirasi,
semangat !
Nah, masih ada satu ton kan? Yang satu ton ini dibawa ke sebuah tempat X di Jawa, sebuah perusahaan pembuatan cangkul, pisau, parang, wajan, sekop, dsbnya. Setelah diolah dengan keras bermandikan keringat, jadilah alat-alat tersebut senilai 1,5 juta rupiah.
Setelah Marcedez Benz, Toyota, dan cangkul kembali dihancurkan menjadi besi dan ditimbang ternyata harganya kembali sama senilai satu juta rupiah.
See ? (merasakah Anda tersindir :D)
Nyatanya barang / orang yang berangkat dari zero, dari start yang sama bisa bernilai beda tergantung pengetahuan, kemauan, dan kemampuan dalam memperlakukannya...
(pasti Anda mulai membandingkan prestasi yang Anda dapat dengan orang-orang sekeliling Anda dapatkan terutama yang sebaya dengan Anda)
Mengapa bisa berbeda?
Ok, see the point...
Bagaimana caranya agar kita bisa mendahsyatkan diri kita...
1>.. Banyak bersyukur
'Nikmat itu seperti hewan buruan yang mudah lepas sehingga ikatlah nikmat itu dengan banyak bersyukur'
so mulai sekarang banyak-banyaklah bersyukur dari hal-hal yang kecil..
Quotes of the day,
"Kenalilah Allah swt saat suka, maka Allah swt akan mengenalimu di saat susah"
2>.. Punya mimpi besar dan cita-cita luhur
"Cita-cita merupakan energi yang ternyata mampu menggerakkan jiwa, menggerakkan pikiran untuk kreatif, menggerakkan badan untuk aktif serta menggerakkan seluruh tubuh untuk mencapai sebuah tujuan"
Nah, bila untuk bermimpi saja tidak berani, bagaimana ia berani memimpin dirinya mencapai cita-cita ??
(setubuh ??)
3>.. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya
ingat :
Waktu kita benar-benar sedikit...
Waktu kita hanya ada tiga,
waktu kemarin yang sudah bukan milik kita lagi, esok hari yang belum tentu kita punyai, dan waktu sekarang yang ada di tangan kita...
Waktu cepat berlalu euy, berasa kan?
4>.. Lakukan perubahan yang berarti
Ada anekdot yang mengatakan, "Mengapaorang tenggelam apabila jatuh di dalam air?" dan beberapa orang mengatakan, "Karena Dia tidak dapat berenang." "Bukan, bukan, orang tenggelam bukan karena tidak bisa berenang tetapi karena Dia hanya menetap di situ dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain"
5>.. Jangan takut gagal
Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa AS merupakan hasil dari kegagalan total karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia..
(bukti konkret tokh :p)
.
.
.
.
.
Kebanyakan orang mengira sukses itu seperti melewati jalan tol, bebas hambatan, padahal kata teman-teman dari Batak,
jalan ini SIMANUNGKALIT, bukan pilihan para PANGARIBUAN, rutenya terjal bahkan kadang MANURUNG, suatu ketika SIBUTAR-BUTAR bikin kepala POLTAK, sepanjang jalan banyak SIRAJA GUK-GUK, sedikit SITUMORANG yang melewati, tapi kalau sudah PAMUNCAK udara SIREGAR. Maka SIMANJUTAK tak gentar wahai BUTET dan hanya kepada Allah kita berHARAHAP ^-^
.
.
.
Semoga
bisa
jadi inspirasi,
semangat !
M. Imron
0902055156
Bocah 6 Tahun Tewas di Dalam Safety Tank
Peristiwa ini terjadi sekitar 4 tahun yang lalu, tepatnya dikawasan Samarinda Ilir yang berada di Jl. P. Hidayahtullah. Peristiwa ini membuat heboh masyarakat yang berada dekat dengan tempat kejadian. Semua orang yang mengetahui peristiwa ini semula tidak menyangka hal ini akan dialami oleh anak yang baru berusia 6 tahu itu. Awal mula hal in I diketahui oleh salah satu anak kecil yang tidal lain teman bermain korban. Anak itu pulang kerumah dengan ekspresi ketakutan dan menghampiri orang tuanya, dengan perasaan cemas orang tua itu langsung bertanya kepada anaknya, “ kenapa kamu nak?” dengan bingung dan ketakutan anaknya menjawab dengan apa yang telah terjadi dan ia ketahui. Orang tua itu kaget dan shock mendengar penjelasan anaknya.
Tanpa pikir panjang orang tua itu langsung memberitahu orang tua korban yang saat itu juga sedang sibuk mencari anaknya (korban) yang beberapa jam tidak ada kabar dan belum pulang kerumah setelah pulang sekolah. Orang tua korban shock dan menagis histeris tidak percaya setelah mendengar dan mengetahui keterangan tersebut. Kemudian orang tua korban beserta keluarganya bergegas mendatang lokasi kejadian untuk menyelamatkan. Orang tua korban semakin histeris menangis karena anaknya terjatuh kedalam safety tank salah satu bangunan rumah yang belum jadi dibangun. Korban langsung diangkat dari saferty tank tersebut dan segera dilarikan ke rumah sakit. Tetapi usaha itu tidak ada hasil, korban tidak dapat terselamatkan. Menurut pemeriksaan dokter korban telah banyak menelan air kotor dan tenggelamm selama kurang lebih 1 jam di dalam Safety tank tersebut hingga tewas.
Dengan cepat kejadian itu terdengar oleh beberapa wartawan, media dan satuan keamanan (polisi). Nmenurut saksi mata awalnya korban sedang bermain petak umpet bersama rekan sebayanya setelah pulang sekolah, kejadian itu terjadi sekitar pukul 16.00 Wita. Korban bersembunyi di sebuah bangunan rumah yang akan dibangun (dalam proses pengerjaan), tetapi saat itu salah satu temannya sempat menyuruh agar tidak bersembunyi ditempat itu, kemudian korban tidak mendengarkan temannya melarang. Setelah beberapa waktu berlalu permaianan usai temen-teman korban yang ikut bermain lupa dengan keberadaan korban hu saja yang ingat tetapi ia takut untuk memberitahu.
Future
Jumat, 4 mei 2012, Imron
Dhea Monika Khair
0902055160
FENOMENA BOYBAND & GIRLBAND INDONESIA
Seperti
yang kita tahu, saat ini di Indonesia sedang marak di dunia musik khususnya
dengan boyband/girlband yang jumlahnya tidaj dapat terhitung lagi. Setiap harinya
ada saja boyband/girlband baru yang menghiasi layar kaca. Hal ini karena
Indonesia banyak meniru serta mengadaptasi hal-hal yang berbau korea. Musik
Indonesia saat ini sepertinya banyak berkiblat dengan negara tersebut. Mulai
dari jenis musik, gaya menari hingga fashion yang hampir keseluruhan meniru
para artis korea.
Tidak
hanya boyband/girlband Indonesia saja yang meniru gaya dan fashion para artis
korea, para remaja saat ini juga banyak berkiblat pada korea khususnya dari
segi fashion. Hal ini terjadi karena di Indonesia saat ini sedang terjadi demam
korea baik karena lagunya hingga drama seri korea yang sering ditayangkan di
beberapa televisi swasta di Indonesia.
Bahkan
saat ini boyband/girlband Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan remaja dan
dewasa saja tetapi juga anak-anak. Banyak sekali anak-anak yang masih sangat
kecil sudah bisa beraksi di atas panggung dengan lincahnya. Jadi, dapat
dikatakan fenomena boyband/girlband di Indonesia saat ini sangat digandrungi
berbagai usia.
Ririn Indriani
0902055168
“kegigihan seorang satpam”
Perjuangan seseorang demi mempertahankan
hidup ada bermacam-macam. Diantaranya adalah memperoleh pengakuan di lingkungan
social yang mayoritas menjadi rebutan di kalangan masyarakat. Seperti halnya
dengan panutan kita yang satu ini. Sebut saja namanya La Sina. Demi memperoleh
pendidikan dan melanjutkan cita-citanya dia rela bekerja membanting tulang
untuk memenuhi kebutuhannya. Baginya saat it bersekolah merupakan prioritas
utama. Karena dengan bersekolah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalamannya
akan bertambah. Walaupun bersekolah merupakan sesuatu yang sulit pada masanya
pada waktu it. Memperoleh buku saja merupakan suatu hal yang sudah sangat
istimewa baginya. Apalagi bersekolah. Dahulu untuk mencukupi kebutuhannya dia
harus bersekolah. Banyak pekerjaan yang dia lakoni. Diantaranya adalah menjadi
seorang satpam. Tak pernah ia hiraukan tentang omongan-omongan orang yang
selalu saja merendahkan dirinya. Baginya itu merupakan suatu motivasi baru
untuk lebih bersemangat lagi dalam menyambung hidup. Karena yang ada dibenaknya
pada saat itu adalah bersekolah. Dengan gaji yang minim tersebut dia sisihkan
pula untuk memenuhi kebutukan sekolah dan kebutuhan pokoknya di rumah. Dia
merupakan anak yang berbakti. Dia sadar bahwa dia tidak bias jikalau hanya
mengharap dari bantuan orang tunya yang bekerja sebagai petani. Orang tuanya
pun menanggung dan mencukupi kebutuhan adik-adiknya. Kegigihannya untuk tetap
bersekolah dia tularkan kepada sahabat-sahabat dan adik-adiknya. Dia ingin
bahwa semua orang terdekatnya bisa sukses dan mandiri seperti dia. Berkat
kegigihannya sekarang dia menjabat menjadi Dekan Fakultas Hukum Universitas
Mulawarman.
Kalmi Hartati
0902055171
Cendol Manis Pendatang Keuntungan
Ingin cendol manis yang enak dan menyehatkan…..! Pilihan
yang tepat adalah “Cendol Manis Mak Ira”
Sebagai pebisnis yang merintis usahanya dari hanya
penjual cendol keliling dengan menggunakan sepeda ontel, ibu 5 anak ini tak
pernah menyerah untuk terus menjalankan usahanya hingga bisa sebesar sekarang
ini. Keuntungan yang diperolehya pun dapat terbilang ‘fantastis’, dari yang
dulunya ia hanya memperoleh keuntungan bersih 100.000 perhari, namun kini ia
bias memperoleh keuntungan hingga 10.000.000 perbulan.
Ia sangat bersyukur dengan berkembangnya usaha cendol
manis miliknya tersebut, karena sebagai orang tua tunggal, ia dapat
mensejahterakan kehidupan 5 orang anaknya tersebut dengan usaha cendol yang ia
jalani sampai sekarang ini, pendidikan untuk anaknya pun dapat ia maksimalkan
sehingga nantinya anak-anak nya dapat menjadi seorang yang sukses pula seperti
dirinya.
Usaha mak ira kini sidah memiliki banyak cabang di
berbagai kota, seperti Lombok, bali dan solo, sehingga jika para pembeli ingin
menikmati cendol manis buatan mak ira tersebut dapat membelinya diberbagai
outlet yang telah tersedia, atau dapat pula langsung datang kerumah mak ira di
Jl. Cendana No. 30B solo dan akan langsung dilayani oleh mak ira atau dengan
para pegawainya.
Ahmad Nurcholish
0902055173
Gudeg
Timur PKU
Sore
itu pukul 14.20 WIB. Dari kejauhan tampak gerobak berwarna hijau nampak
bergerak di Jalan K. H. Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Di dorong oleh Tanto (54)
seorang laki-laki bertubuh kurus dengan hanya memakai celana pendek krem dan
baju model polo berwarna abu-abu. Ia melenggang dari arah barat, kemudian
merapatkan grobak berisi dagangan gudegnyanya di trotoar jalan.
Oleh:
Nurcholish
Dengan
cekatan Pak Tanto yang asli kelahiran Ngadinatan, Yogyakarta, mulai menata
dagangan yang telah ia dan istrinya persiapkan dari rumah. Ayam, telur, tempe
dan tahu yang dibacem ia tata kembali di sebuah baskom yang
cukup besar. Ati yang dimasakareh. Daun singkong rebus. Krecek dan semur
ia masukan ke dalam baskom berwarna abu-abu.
Tangannya
lincah memilah berbagai jenis lauk pauk yang dimasak oleh istrinya, Titik (49).
Setelah selesai menata makanan. Mengatur tikar yang ia letakan tepat di depan
sebuah rumah. Ia kemudian menyalakan sabatang rokok sambil menunggu pelanggan
yang datang.
Ridwan
(22), adalah salah satu pelanggan Pak Tanto. “Harganya murah, rasanya juga
mantep mas”, tuturnya sambil menikmati gudeg buatan Bu Titik.
Menurutnya
dengan harga Rp. 6.000.00 cita rasa yang ditawarkan oleh sepiring lengkap nasi
gudeg dengan lauk telur bacem tidak kalah dari gudeg yang dijual di toko-toko
dengan harga selangit.
Awal
mula
Pak
Tanto bersama Bu Titik telah berjualan makanan khas Yogyakarta ini selama 25
tahun. Dari ketika Bu Titik masih bekerja sebagai pemasak gudeg untuk toko
orang lain di daerah Serangan, pernah berjualan di sekitar SMA Gadjah Mada,
pernah juga berjualan di dekat gedung PDHI Yogyakarta. Sampai akhirnya 10 tahun
terakhir membuka warung gudegnya di timur rumah sakit PKU, Yogyakarta.
Selama
berjualan di banyak tempat, hanya ketika di timur RS PKU inilah ia merasakan
gudeg buatannya laris diburu pelanggan. Mulai dari karyawan RS PKU sampai
dengan mahasiswa adalah pelanggan setianya.
Sebelum
memilih untuk menjual gudeg, Bu Titik pernah mencoba untuk berjualan
bermacam-macam usaha. Sampai pada ketika ia memilih untuk menjual gudeg sebagai
mata pencahariannya karena dirasa lebih mudah dalam proses pembuatannya dan
lebih mnguntungkan.
Ibu
dari empat orang anak ini, yaitu Franhadi (32), Ronang (30), Arif (23), dan Ayu
(22), menjadikan gudeg sebagai penopang hidup keluarganya.
Pembuatan
gudeg
Di
rumah kontrakan kecilnya di darah Ngadinatan (barat RS PKU Yogyakarta), ia
bersama satu orang pekerja dan terkadang di bantu anaknya mulai mengolah
bahan-bahan gudeg pada pukul 08.00 dan selesai sekitar pukul 12.00. Bahan-bahan
pembuat gudeg dan lauk pauknya sebenarnya sudah mulai dimasak pada hari
sebelumnya, sehingga pada hari itu tinggal menanak nasi, merebus daun singkong,
dan menyelesaikan memasak sayur gudeg yang telah dimulai hari sebelumnya.
Bahan
utama pembuat sayur gudeg adalah nangka muda yang dimasak dengan gula jawa dan
bahan-bahan lain. Proses pemasakan bu Titik hanya menggunakan anglo karena
pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan lebih murah dalam penggunaan bahan
bakar.
Dengan
satu buah kompor di dalam rumah dan dua buah anglo di luar rumah, ia mengolah
bahan-bahan menjadi racikan nasi gudeg yang nikmat. “Saya bisa memasak gudeg ya
cuma belaja dari orangtua, sambil mencoba-coba sendiri”, katanya sambil membuka
tutup baskom berisi baceman telur. Terdapat dua jenis gudeg Jogja. Yang pertama
adalah gudeg kering. Gudeg ini relatif lebih tahan lama. Kemudian yang kedua
adalah gudeg basah seperti yang sering di buat oleh Bu Titik.
Perjuangan
hidup
Sekitar
pukul 14.00 perjuangan yang sesungguhnya dimulai. Setelah memasukan semua
barang dagangan ke grobak brwarna hijau Pak Tanto pun membawanya ke emperan
trotoar di tepi jalan K. H. Ahmad Dahlan.
Pak
Totok memilih untuk berjualan pada pukul 14.00 karena menurutnya sekitar
waktu-waktu itulah banyak orang yang dihinggapi rasa lapar.
Memang
belum saja Pak Totok mnyelesaikan menata tikar sudah datang beberapa pelanggan
yang mndatangi.
“Dulu
sebelum ibu kumat gulanya kalau siang juga kadang kesini”, kisah Pak Tanto
menuturkan kondisi kesehatan Bu Titik yang sudah beberapa lama sakit.
Beberapa
bulan lalu memang Bu Titik kerap keluar masuk rumah sakit karena pnyakit
gulanya kambuh. Penyakit tersebut menyerang kakinya sehingga ia kesulitan untuk
berjalan. Sehingga ia disarankan untuk banyak beristirahat dan hanya menemani
Pak Tanto ketika malam dan itu pun tidak bisa terlalu lama.
Perjuangan
hidup telah menjadikan mereka sosok yang kuat dan tabah menghadapi cobaan. Pak
Totok hanya libur ketika badan terserang penyakit. Hal ini semata-mata karena
ia takut para pelanggannya kecelik ketika menjumpai warungnya
tutup.
“Dulu
anak-anak ketika masih kecil sering saya bawa berjualan. Saya naikan ke grobak
ketika berangkat”, ungkap Bu Titik sambil mengeluarkan air mata.
“Sebenarnya
tidak tega tapi dirumah tidak ada yang menunggui”, lanjut Bu Titik.
Perjuangan
untuk btahan hidup adalah sesuatu yang benar-bnar mreka pegang dalam hidupnya.
Bagaimana ia harus jujur dalam menjalankan usaha dan bagaimana ia sedapat mungkin
membantu orang lain yang sedang mendapat kesusahan.
Dalam
benaknya, yang terpenting bukan semata-mata dirinya, tetapi adalah
anak-anaknya. Bagaimana ia dan keluarga harus dapat tetap bertahan hidup
berapapun hasil berjualan yang ia peroleh. Dapat menyekolahkan anak-anaknya dan
berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil adalah cita-cita yang telah
terwujud meskipun tidak tersampai dengan sempurna.
Berapapun
hasil yang ia peroleh, ia tetap mensyukurinya. Karena bekerja adalah bukan
semata-mata bagaimana ia dapat menghasilkan uang dari nasi gudeg buatannya,
namun juga bagaimana ia dapat membantu oranglain sedapat ia dapat membantu.
“Saya
kadang kasihan mas melihat anak-anak yang tinggal jauh dari rumah. Mungkin
mereka tidak punya cukup uang tapi mungkin lapr kepingin makan. Jadi saya
enggan menaikan harga. Saya teringat anak saya”, pungkasnya sambil mengusap air
mata. (gka)
Sonata B S Manurung
0902055181
Ilkom
Unmul Juga Bisa
Program Studi Tanpa Akreditasi, Dengan
Mahasiswa Berprestasi
Universitas Mulawarman Samarinda. Awalnya,
universitas ini bukanlah dambaan dari perempuan berdarah banjar itu. Sejatinya,
Icha, begitu ia sering disapa, berkeinginan untuk menjadi mahasiswa UGM
Yogyakarta.
Lulusan SMA Patra
Dharma Balikpapan ini bercita-cita menjadi seorang public relation. Sebab itu,
ia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Meskipun di Unmul jurusan ini belum
terakreditasi, namun tidak mematahkan semangat Icha untuk terus mengembangkan
potensinya. Perempuan 20 tahun ini sudah aktif mengikuti beberapa organisasi
formal dan club dance semenjak di bangku sekolah. Saat menginjak perkuliahan di
semester 3, ia kembali mengasah kemahiran berbahasa inggrisnya dengan mengikuti
kursus di English Language Centre (ELC) Samarinda. Ia pun dapat dengan mudah
menembus grade conversation 2 di tempat kursus tersebut.
"I don't wanna be a girl who can just
selling appereance but skills," begitulah Icha menerangkan prinsip
hidupnya saat di wawancarai kemarin. Terbukti, IP yang diperolehnya selalu di
atas 3,30 setiap semesternya.
"Semester 5 kemarin saya coba-coba ikut
test beasiswa study tour ke Amerika dari yayasan tempat kursus saya.
Alhamdulillah banget saya bisa lolos semua tahap seleksinya," tutur
perempuan berambut panjang ini. Icha menjadi satu-satunya mahasiswa Universitas
Mulawarman yang berhasil mendapatkan beasiswa tersebut untuk tahun ini.
"Dari Samarinda yang lolos ada dua
orang. Yang satunya lagi anak Stain. Kami bakal berangkat sekitar pertengahan
bulan Agustus nanti," jelas Icha lagi. Sembari melakukan study tour, ia
juga akan melaksanakan program KKN-nya di negeri Pamansam itu, tepatnya di
kawasan Virginia.
Icha yang sedang sibuk-sibuknya menyusun
proposal keberangkatannya itu juga masih mempunyai cita-cita lain.
"InsyaAllah, kalo ada kesempatan saya juga kepengen ikut audisi Puteri
Indonesia tahun depan," ucapnya tersenyum malu.
Diah Puji Rahayu
0902055183
Si Cantik Pelaku Penggelapan Buku Tabungan Tetangga
Kecerdasan seorang wanita mencerminkan
kemampuan intelektual di dalam dirinya. Akan tetapi lain halnya dengan wanita
yang satu ini, kecerdasan yang dimilikinya mampu mempengaruhi tetangganya
dengan cara berbuat jahat mengenai penggelapan buku tabungan tetangga. Aksinya
ternyata di ketahui oleh polisi. Setelah diamankan dan kini mendekam di sel
polsekta tenggarong. Pelaku penggelapan buku tabungan milik tetangga, mei-mei
alias maisaroh (25) mengakui menyesali perbuatannya tersebut.
Menurut
mei-mei, dirinya dan pihak keluarga siap untuk bertanggung jawab dan mengganti
kerugian yang dialami korban, Agnes (30) warga jl. Bukit biru, rt 05, kelurahan
melayu tenggarong. Sebelum diamankan, mei-mei sapaannya bertemu dengan korban
dan disaksikan oleh ketua Rt. Mei-mei telah meminta maaf atas perbuatan
jahatnya.alasannya dikarenakan mengambil buku tabungan agnes karena terbelit
hutang.
Aksi
kejahatan itu ternyata sudah direncanakan, awalnya korban menabung 25 juta, akan
tetapi ditangan mei-mei menyisihkan 5 juta dan sisanya ia tabungkan.
Sementara
itu, dari pantauan polisi polsekta tenggarong, mei-mei tampak menjalani
pemeriksaan oleh penyidik. Pelaku mengakui perbuatannya dan saat ini barang
bukti berupa dua buah buku tabungan serta uang tunai sisa hasil kejahatan telah
diamankan, jelas humas polsekta tenggarong, zainal.
Aksi
penggelapan yang dilakukan mei-mei dengan mengambil buku tabungan dari rumah
agnes, sehari sebelum diamankan. Lalu pelaku menarik uang tunai 5juta dari BRI
cabang timbau sebanyak 25 juta dari total uang yang ditarik dan di transfer
mei-mei kwpada salah seorang keluarganya.
Aksi
mei-mei terungkap melalui kamera cctv yang terpasang di bank tempat pelaku
menarik dana dari rekening korban. Korban tidak terima dan geram serta pihak
hukum harus memproses secara seadil-adilnya.
Eva Marsteffy S
0902055184
SEMUA ADA WAKTUNYA
Eva Marsteffy S, seorang mahasiswa Ilmu
Komunikasi di Universitas Mulawarman, Samarinda. Ia memiliki teman yang bernama
Rizki Fauziah, biasanya dipanggil Kiki. Ia seorang mahasiswa yang sekarang
sedang mengejar S2-nya di salah satu perguruan tinggi di Nanggroe Aceh
Darussalam. Mereka berteman dari tahun 2009 lalu. Awal pertemanan mereka
berawal dari situs bloggaul.com. Mereka berdua sering bercakap-cakap via chat
di blog mereka, sampai akhirnya mereka berdua menjadi dekat.
Tanpa melihat jarak yang terbentang di antara
keduanya, mereka menjadi sahabat melalui dunia maya. Seiring waktu berjalan,
mereka saling bertukar nomor handphone mereka dan hubungan mereka menjadi lebih
intim. Curhat, melepas kebosanan, sekedar menyapa, begitulah yang setiap hari
mereka lakukan.
Mereka masih sama-sama duduk di bangku
kuliah. Biasanya ada terlintas di benak mahasiswa untuk mencoba beasiswa, baik
yang di dalam maupun luar negeri. Kedua sahabat ini tentu termasuk di dalamnya.
Mereka ingin mencoba beasiswa ke luar negeri. Kiki yang sudah menyelesaikan S1
hendak melanjutkan S2 di luar negeri dan Eva ingin mencoba beasiswa untuk
golongan undergraduate karena belum
lulus dari S1-nya.
Sebelumnya Eva sudah pernah mencoba salah
satu dari beasiswa ke luar negeri, tapi hasilnya ia gagal. Kemudian ia pun
mencoba kembali beasiswa yang lain, bersamaan dengan Kiki. Sayangnya, Eva
kembali gagal. Di lain pihak, Kiki mendapatkan beasiswa tersebut. Namun suatu
ketika mereka kembali bercakap-cakap via twitter. Awalnya mereka hanya
mengobrol biasa, tapi kemudian arah pembicaraan berubah. “Hei,aku belum cerita ya, kalo aku lulus beasiswa ke Taiwan
tapi gak bisa pergi?”, tulis Kiki di twitter. Eva pun seketika menjadi bingung
dan membalas, “kok bisa? Padahal sudah dapat, kenapa gak jadi pergi?”. Katanya
lagi “gak di kasih ijin sama ayah padahal aku sudah ikut preparation class 3
kali pertemuan”.
Kiki memang anak tunggal di
keluarganya. Ia pernah cerita kalau memang dulu orangtuanya pun menunggu lama
untuk punya anak sampai akhirnya ia lahir. “Jadi anak tunggal ada enak dan
tidaknya. Bisa dapat apa saja yang diinginkan dan gak perlu repot berbagi
karena hanya sendiri. Tapi sering terasa sepi dan juga repot karena orangtua
jadi over protective”, ujar mahasiswa
25 tahun ini. Tidak mengherankan bila ayahnya tidak mengizinkannya pergi ke
luar negeri seorang diri, bahkan waktu kuliah di NAD pun orangtuanya masih
sering mengkhawatirkannya. Ia harus selalu menelepon orangtuanya setiap hari.
Eva pun hanya bisa
bersimpati dengan keadaannya yang terbalik dengan sahabatnya. Kemudian Kiki
menulis lagi “Kalau rejeki gak bakal kemana, kayak aku, sekalipun dapat, kalo
emank belum rejeki ya gak bakal bisa pergi juga padahal aku udah kebayang bakal
ke hongkong liat festival lentera terus juga nikmatin hidup di tempat asing....
hahaha udah ah!”. Walaupun berusaha tegar, tapi Eva tahu kalau Kiki sebenarnya
masih sangat sedih karena hal tersebut. Eva pun membalas “ah ok ok~ stop! ^^
biar berlalu~ moga someday bakal ada kesempatan buat kita ngedapatin yang kita
harapin ^^ #AMIN!”. Eva tidak tahu lagi apa yang bisa ditulisnya untuk
menghibur sahabatnya itu. Hanya itu yang bisa ditulisnya saat itu. “Amin! Dan
semoga itu memang yang terbaik! ^^”, balas Kiki lagi. Sampai di situ
pembicaraan mereka.
Setiap orang pasti pernah bermimpi
mendapatkan atau menjadi sesuatu dan berusaha untuk mewujudkannya. Ada yang
bisa mendapatkannya, tapi ada pula yang tidak. Ada yang berusaha mencapainya,
ada pula yang hanya bisa membayangkannya tanpa usaha untuk meraihnya. Ada yang
bisa meraihnya dengan sekali mencoba, namun ada pula yang harus pontang panting
jatuh berkali-kali baru mendapatkannya. Satu hal lagi, ada pula yang bisa
mendapatkannya, namun justru pada akhirnya harus melepaskan mimpinya tersebut.
Manusia boleh bermimpi untuk mendapatkan sesuatu, namun tetap Tuhan lah yang
menentukan kapan kita bisa mendapatkannya.
Beranilah untuk bermimpi dan berusahalah
untuk mewujudkannya. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan oleh Tuhan, tinggal
waktu yang berbicara.
Aghapeswadi Putri
0902055186
Indahnya Berbagi Pendidikan
Pendidikan
adalah pilar kehidupan. Alangkah baiknya jika setiap anak bisa menerima
pendidikan dengan kualitas yang baik.
Tidak bisa dipungkiri masalah pendidikan di
negara kita masih berada dalam keabu-abuan yang belum bisa untuk dibanggakan
secara global. Kurang meratanya lembaga-lembaga dan tenaga-tenaga pengajar
berkualitas, juga menjadi salah satu
penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Namun, jika dikaji lebih dalam
lagi, semua kembali membawa kita kepada permasalahn ekonomi bangsa.
Uang dan
pendidikan seakan-akan bersatu untuk meraih keuntungan semata. Bahkan
pencitraan pendidikan Indonesia saat ini seolah-olah mengatakan “orang miskin
tak pantas belajar”. Tak sadarkah kita ? Lantas apakah kita hanya berdiam diri
melihat keironisan ini ? Lalu bagaimana nasib anak-anak dengan standar ekonomi
keluarga yang berada di bawah rata-rata ?
Keadaan
ini ternyata menggugah hati seorang mahasiswi asal Kota Samarinda Kalimantan
Timur, yang turut merasa perihatin dengan kondisi ini. Gadis berinisial (A.S.P)
ini berusaha memberikan sumbangsihnya di dunia pendidikan, dengan memberikan
jasa mengajar gratis kepada anak-anak, dengan ekonomi keluarga di bawah
rata-rata yang ada di lingkungannya.
Menjadi
guru les gratis ini sudah dilakoninya selama 3 tahun terakhir. Menurutnya,
“semua anak berhak untuk pintar dan mendapat hak yang sama” ujarnya. Harapan
gadis ini hanyalah ingin berbagi kepada sesama, walaupun saat ini bukan materi
yang bisa ia berikan. Bahkan ia bercita-cita untuk mendirikan sebuah yayasan
murni berbasis pendidikan yang memang ada untuk memperbaiki pendidikan, tanpa
ada batasan syarat apapun. Artinya memang ada untuk melayani masyarakat.
Kegigihan
dan kepedulian gadis ini kepada masyarakat patut diacungi jempol. Terus ingin
berbagi tanpa memikirkan mencari keuntungan sedikit pun. Sekarang, mari kita
bergandeng tangan untuk membangun kembali dunia pendidikan di Indonesia.
Dimulai dengan menumbuhkan keniatan, dan bertanya pada hati nurani, apa yang
bisa kita lakukan hari ini untuk hidup orang lain ? (agape)
Syarif Adi Putra
0902055190
Sulastri
sang pedagang minuman tradisional yang bercita-cita tinggi
Perempuan berusia 52 tahun
ini adalah sosok seorang ibu yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik
kedua anaknya. Kehidupan yang serba berkecukupan, tak membuat perempuan yang
berprofesi sebagai penjual “Gado-gado” ini lupa akan pentingnya sebuah
pendidikan. Sulastri, begitu sapaan dari para pelanggannya, walau hanya tamat
Sekolah Dasar tak menutupi pikirannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke
pendidikan yang tinggi.
Keinginan yang keras demi
melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu
yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan
cita-citanya yang mulia tersebut.
Sedikit demi sedikit uang
yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Sulastri dapat
menyekolahkan kedua anaknya sampai ke perguruan tinggi. Kesadaran akan sebuah
pendidikan yang utama membuat Sulastri banting tulang untuk mencukupi kebutuhan
perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun Sulastri
perempuan yang lahir di Nganjuk itu tak patah semangat, banyak
tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Sulastri untuk menyekolahkan
kedua anaknya ke pendidikan yang tinggi.
Kesulitan yang dialami
bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Sulastri
sesekali hutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya.
Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya
yang berhasil lulus pada tahun 2006, harapan dan juga cita-cita tinggi oleh
Sulastri masih menyisakan satu perjuangan besar yakni membiayai perkuliahan
anaknya yang terakhir yang masih di semester IV Universitas
Mulawarman.
Kesuksesan dari sebuah
perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Gado-gado” mampu mewujudkan
cita-cita seorang Ibu, sekaligus untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa
untuk anak-anaknya. (SA)
Prasdianingrum
0902055191
Rumah Gerobak
Di
tengah kota Bontang, Kalimantan Timur dengan pendapatan perkapita terbesar di
Indonesia, ada sebuah pemandangan yang tidak menyejukkan mata dan seharusnya
menjadi perhatian pemerintah kota. Di kota yang terkenal penghasil Gas dan
Pupuk terbesar ini terdapat sebuah rumah gerobak.
Yanto
(45), ya Dialah pemilik rumah gerobak tersebut. Di gerobak berukuran 2 m x 1 m
yang beratapkan terpal bekas dan beralaskan kardus inilah Yanto tinggal bersama
seorang putrinya, Siti. Pendapatannya sebagai pemulung tidak mampu membeli
sebuah rumah,”Jangankan membeli rumah menyewapun saya nda mampu.” tuturnya.
Jadi, jika hendak mandi ataupun buang air Yanto dan putrinya menggunakan
fasilitas umum seperti kamar mandi di mesjid-mesjid.
Tak
pernah sedikitpun Yanto meminta belas kasihan kepada orang lain, hari-harinya
ia jalani dengan penuh semangat. Tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa.
Pria separuh baya ini melakukan ini semua demi mencukupi kebutuhan putri semata
wayangnya.
Pria
berkulit sawo matang ini bekerja mengumpulkan botol-botol plastik dan kardus.
Setiap hari Yanto berkeliling mencari barang-barang tersebut dari tempat sampah
yang satu ketempat sampah yang lainna dengan gerobaknya. Biasanya Yanto
memulung dari pukul 6 pagi sampai pukul 5 sore, dan tidak jarang ketika hari
sudah gelappun Yanto masih memulung. Pekerjaan ini ia lakoni dari pertengahan
tahun 2005 hingga sekarang tahun 2012. Pada saat memulung pria berambut ikal
ini selalu membawa putri kecilnya karena tidak ada tempat untuk
meninggalkannya. Putrinyapun duduk di atas tumpukan-tumpukan boto-botol plastik
dan kardus.
Dari
hasil memulungnya Yanto hanya mendapatkan lima belas ribu rupiah per hari. Uang
itu hanya mampu memenuhi kebutuhan pangannya saja. Baginya seberapapun
pendapatannya ia harus tetap bersyukur.
Yanto
memiliki harapan besar dikemudian hari, selain memiliki tempat tinggal Yanto
juga berharap kelak dapat menyekolahkan Siti yang kini berusia 6 tahun. Anak
satu-satunya ini harus menjadi orang yang sukses.
“Saya
ikhlas menajalani ini semua, saya tetap semangat bekerja agar kehidupan kami
nantinya menjadi lebih baik.” Kata Yanto smbil memeluk Siti. Walaupun hanya
menjadi pemulung dan tinggal di dalam sebuah gerobak, ia tetap semangat dan tidak
merasa malu.
Ratu Citra S R
0902055192
“ Tekad si Pemulung “
Di
tengah padatnya kota Samarinda yang merupakan ibukota Kalimantan Timur, dengan
pendapatan perkapita cukup tinggi, masih terdapat penduduk yang tidak mampu.
Salah
satunya adalah Darsono (56) yang sehari-harinya bekerja sebagai pengumpul
barang bekas, yakni botol-botol plastic. Setiap hari Darsono berkeliling
mencari botol-botol bekas untuk dijual kembali ke pengepul barang bekas. Harga
jualnya pun sangat rendah, botol-botol bekas tersebut dihargai Rp 1.500,- per
kilonya.
Dari
hasilnya memulung, Darsono hanya mendapatkan Rp 25.000,- per hari. Uang
tersebut dia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dengan pendapatan
tersebut tentu saja sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 5 orang
anaknya.
Sementara
istri Darsono, Kusmi (47) sehari-harinya bekerja sebagai tukang cuci di rumah
tetangga dengan penghasilan rata-rata Rp 15.000,- per harinya.
Walaupun
dengan pendapatan yang sangat minim, dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya,
mereka tetap bersyukur dan bertekad untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka
sampai ke perguruan tinggi.
Rukyah Wanulu
0902055195
SENDAL BERBEDA
Ada ada
saja kejadian yang berbeda setiap harinya, andi
dan teman-temanya selama ada pertandingan euro mereka selalu menonton
pertandigan bola bersama-sama, pada minggu malam andi janjian dengan semua teman-temannya
untuk nonton bola bersama di sebuah kafe yang sangat ramai dengan membawa
pasagan masing-masing, andi mulai
bersiap-siap dan memilih milih baju yang igin dia pakai dengan cepat andi pun
sudah selesai bersiap-siap dan buru-buru untuk menjemput kekasihnya yang sudah
lama menunggu. Dengan menggunakan sepeda
motor andipun menjeput kekasihnya dan menuju kafe tersebut disana temen andi
sudah menunggu sesampai disan temen andipun tertawa terbahak-bahak, andi
bertanya penampilanku keren kan kata temen andi iya penampilanmu sangat keren
dan berbeda. Kekasih andipun kaget melihat kekasihnya karena memakai sendal
yang berbeda sehingga kekasihnya bilang, say kamu memakai sendal yang berbeda,
andipun tertunduk malu karena teman-temannya menertawakan andi yang memakai
sendal berbeda.
Lily Nur Tasliyah
0902055196
Dibalik Kehidupan Perempuan Tambang
Perempuan adalah makhluk kedua setelah
laki-laki itulah anggapan kebanyakan masyarakat sekarang. Budaya yag membawa
perempuan makin terperosok dalam banyaknya diskriminasi. Dari masalah
stereotype, beban ganda hingga kekerasan seksual masih banyak di alami oleh
perempuan. Perempuan hanya menjadi upah murah bagi mereka yang bekerja menjadi
buruh pabrik. Serta banyaknya iklan yang menanyangkan tentang seksualitas tubuh
perempuan yang dijadikan sumber-sumber uang oleh kapitalisme.
Yanti adalah buruh pabrik tambang batu bara.
Ia bekerja sebagai buruh serabutan utnuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan
anaknya. Perjuangan beliau dengan sosok seorang ibu yang mampu menjadi kepala
keluarga bagi keluarganya membuat saya kagum. Sebagai perempuan paruh baya,
beliau mampu menafkahi keluarganya tanpa sosok laki-laki di sampingnya. Beliau
mampu bekerja siang malam demi mencukupi kebutuhan, seperti halnya untuk makan
sehari-hari beliu harus bekerja menggotong berkilo-kilo batu.
Sosok perempuan dan ibu seperti Yanti hanya
bisa kita temui dikalangan menengah ke bawah bahkan keluarga-keluarga miskin
yang tak mampu di jangkau oleh pemerintah. Beliau harus bekerja keras siang
malam, sedangkan bantuan dari pemerintah saja tak mampu mensejahterakan
keluarganya.
Kebutuhan tiap hari semakin mahal dengan
adanya dampak globalisasi dan sistem kapitalisme, dimana uang masih sangat
mendunia untuk melakukan hal apapun. Tapi bagi Yanti, beliau sendiri tidak
pernah didengar oleh pemerintah. Bagaimana dengan nasib rakyat miskin di
pedesaan? Dan di daerah sekitar pertambangan Samarinda? Sementara hampir
seluruh bagian di Samarinda sudah dikepung oleh tambang-tambang batu bara.
Mungkin benar istilh yang kaya semakin kaya dan miskin semakin melarat.
Perjuangan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
tidak hanya do lakukan dengan bekerja saja. Beliau juga sering mengikuti
diskusi dengan sesame buruh bahkan mahasiswa karna beliau aktif dalam sebuah
organisasi, yaitu Persatuan Pergerakkan Buruh Indonesia dan aktif juga dalam
organisasi perempuan, yaitu Perempuan Mahardhika. Hak untuk berkehidupan layak,
hak untuk mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak selalu di utarakannya pada
setiap pertemuan-pertemuan, berdiskusi dan bahkan aksi turun kejalan, pada
peringatan hari buruh yang lalu.
Sosok perempuan yang selalu memperjuangkan
haknya, yang berusaha keluar dari ketidakadilan dan diskriminasi mampu
menggugah utnuk terus belajar, berdiskusi dan berorganisasi. Agar nantinya tak
ada lagi namanya diskriminasi atau ketidakadilan gender bagi perempuan.
Perempuan harus memperjuangkan hak-kanya bahkan dalam hal berekpresi.
Yessi Paradina Sella
0902055199
Sukses hak bersama
Pendidikan dan pengalaman adalah hal utama
untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk
pengusaha yang hanya tamatan SD ini. Ditemui dikediamannya selasa ( 5/3 ) yang
megah dan nyaman. Sebut saja beliau Pak Haji Usup, siapa yang menyangka kalau
sebelum menjadi pengusaha sukses seperti saat ini, beliau adalah seorang buruh
panggul dipelabuhan kapal barang Jl. Yos sidarso yang sekarang menjadi juragan
truk.
Beliau menceritakan betapa susahnya mencari
pekerjaan dengan minimnya pendidikan di kota besar seperti samarinda. Pa haji
menceritakan betapa susahnya kehidupan dahulunya, gaji buruh pada saat itu
sangat jauh dari standard an itu juga harus dibagi lagi dengan sekelompok
temannya sesama buruh. Gaji itu pula masih harus di potong oleh pihak pelabuhan
agar dapat di berikan izin untuk dapat bekerja ditempat tersebut. Namun tidak
sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan sebenarnya, apalagi untuk menafkahi istri
serta anak-anaknya.
Gaji tersebut juga harus di atur
sepintar-pintarnya untuk membayar sewa kontrak rumah yang dikatakannya hanya sebesar
kamar mandinya sekarang ini. Diceritakan pula ketika beliau dulu menjadi buruh.
Ia pernah mengangkut barang yang beratnya 10 kali lipat dari berat badannya
sendirikarena ketidak sengajaannya barang tersebut jatuh menimopa tanganya yang
mengakibatkan jari tangan kanannya harus diampoutasi. “ tidak memiliki jari
bukan bearti saya tidak bisa bekerja ” ulas pengusaha satu ini.
Dengan kondisi seperti itu ia malah lebih
terpacu untuk bekerja lebih keras lagi. Dibantu dengan istrinya yang turut
mencari pendapatan dengan menjadi buruh cuci keliling. Kerja keras yang selama
ini mereka lakukan membuahkan hasil. Selama masa sulit itu Pak Haji telah
menabung sedikit demi sedikit untuk membeli sebuah truk dengan menyicil,
akhirnya usaha tersebut berkembang seiring dengan usaha serta doa yang terus
dipanjatkan.
Sekarang ini pak Haji telah memiliki 47 truk,
50 anak buah, 2 mobil mewah, 1 rumah mewah dan sekumpulan tanah yang ia miliki
sekarang. Dan pada masa kejayaanya Pah haji bersama istri serta keluarganya
bersama-sama berangkat haji. Beliau menuturkan “ Muda boleh susah, sudah tua
jangan mau hidup susah ”.
Pesan terakhir dari pengusaha sukses satu ini adalah “
saya tidak menyepelekan urusan pendidikan, tapi tidak bearti minim pendidikan
minim pula penghasilan. Semua bisa didapat dengan kerja keras, kejujuran dan
terus berdoa ”. tutrnya
Junius Andria K
0902055201
Barokah
Untuk Dosen Ilmu Komunikasi
“Walau sedikit namun barokah.”
Demikian kalimat
dosen ilmu komunikasi yang diam-diam saya kagumi. Bagaimana beliau mampu
mengajari kami materi-materi kuliah komunikasi dengan mudah dan metode-metode
pembelajaran yang jauh dari kata membosankan.
Pagi itu selepas
menerima mata kuliah spesialisasi humas, dengan malu-malu saya mengajak beliau
berincang-bincang mengenai kabar burung yang menyatakan beliau akan hengkang
dari uniiversitas. Ada rasa yang kurang mantap di dada. Tentu saja saya merasa
kurang berkenan menanyakan hal tersebut. Namun dengan sikap ramah beliau,
akhirnya sekilas senyum terbit dan berliau menjawab segenap pertanyaan saya
pagi itu.
“Ya saya memang
pernah berkeinginan untuk pindah ke Sabah-Malaysia.Saya ingin melanjutkan
pendidikan S3 dan menjadi dosen yang diperbantukan di sana. “
Sungguh tidak
pernah mengira bila beliau sendiri mengamini kabar burung tersebut, yang sering
kali menjadi bahan iseng mahasiswa untuk sekedar menggosipkan dosen.
Benar saja akan
menjadi sebuah pertimbangan yang panjang. bila Malaysia mampu menggaji seorang
dosen yang di perbantukan tujuh kali lipat dosen di Indonesia. Belum lagi ilmu
pengetahuan yang kelak di dapatkan di salah satu universitas terbaik di Asia
Tenggara tersebut. Medapat penawaran lezat di depan mata, siapakah yang tidak
tergiur.
Selayaknya manusia
biasa, mendengar tawaran tersebut membuat beliau tergiur. Beliau ingin
melakukan pindah kerja karena hal tersebut.
Hanya di suatu sisi, beliau masih sangat menyayangi bangsanya sendiri,
Indonesia sekali pun negera tetangga mampu membayarnya lebih banyak.
“Bagaimana saya
akan pindah ke negeri tetangga, selagi di negeri saya tingga, kampus ini masih
sangat membutuhkan saya, masih membutuhkan sosok pengajar. Saya akan merasa
sangat bersalah bila melakukan kepindahan ke sana. Tidak apa-apa gaji sedikit
yang penting barokah.”
Tak banyak pengajar
yang rela menjual ilmunya di negeri-negeri tetangga dengan harga tinggi, dari
pada menetap dan memberikan ilmu yang di milikinya kepada para pelajar. Namun
sosok Hairunnissa menjadikan kita sebuah pelajaran, tak selamanya kepuasan
harus berbentuk materi dan uang, melihat banyak pihak yang tertolong adalah
sikap puas yang sesungguhnya.
Asmadi sugianto
0902055037
Murah dan Menyenangkan , Belajar di Akademi Berbagi
Samarinda
Layaknya
sebuah lembaga yang sudah mempunyai badan hakum, akademi berbagi yang
notabenenya berstatus gerakan sosial rupanya mampu memfasilitasi masyarakat
Samarinda untuk belajar secara murah dan menyenangkan.
Tidak
sulit untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, karena belajar itu tak mesti di
bangku sekolah,kuliah. Cara akademi berbagi Samarinda mengelolah kelasnya pun
tidak jauh berbeda dengann sekolah maupun lembaga yang menyediakan pendidikan
formal. Ada kepala sekolah,gurudan murid atau peserta.
Akademi
berbagi Samarinda berdiri sejak bulan November tahun 2011. Berawal ketertarikan
Asmadi mahasiswa ilmu Komunikasi Universitas
Mulawarma, yang betapa eksis dan konsistennya akademi barbagi pusat serta yang
tersebar di 22 kota di indonesia saat
itu. Masukan bulan Maret baru enam kelas yang berhasil dilaksanakan, mulai tema
Radio, Broadcasting, Internet dan teknik meraih beasiswa ke luar negeri dengan
tingkat yang paling dasar .
Namun ada banyak hal yang membedakan antara lembaga
formal dengan akademi berbagi. pertama, semua pengurusnya di kelola oleh para
relawan, untuk di Samarinda memiliki tiga relawan, kedua guru yang mengisi di
setiap pertemuan tidak pernah mendapatkan honor, murni bekerja dengan hati yang
tulus Ketiga, ruangan yang selalu berpindah-pindah, pasalnya akademi berbagi
Samarinda belum meminjamkan ruangan.
Menurut Asmadi kepala sekolah akademi berbagi Samarinda
menyebutkan,kendala tersulit untuk mengadakan pertemuan adalah masalah tempat.
Pasalnya untuk mendapat ruangan yang gratis itu perlu kesabaran dan perjuangan
yang keras. Masih berharap kepala teman terdekat networking.
Apakah akademi berbagi Samarinda belum memyunyaikurikulum
khusus untuk materi pengajaran. Semua materi sesuai ketersediaan guru lokal
yang mau berbagi tampa mengharapkan imbalan. Ketika hal iru bertolak belakang
dengan lembaga pendidikan formal, maka yangdiharapkan hanyalah ketertarikan minat
dari seorang yang ahlidi bidangnya untuk mengisi setiap kelas di akademi
berbagi Samarinda. Lama durasi yang dipakai kurang lebih dua jam lamanya,
dilaksanakan setiap satu bulan sekali
Semua
peserta yang hadir di akademi berbagi Samarinda bebas biaya pendaftaran.
Artinya segala sesuatu yang ada di akademi berbagi sifatnya gratis. Asmadi
berharap dengan adanya sesuatu yang ada di akademi berbagi sifatnya gratis
Asmadi berharap dengan adanya akademi berbagi di Samarinda bahwa belajar itu
tak mesti mahal. Dengan biaya yang murah serta menyenangkan bertemu dengan
teman baru, jelas tak pernah rugi belajar di akademi berbagi, karena “berbagi
bikin happy”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar